Rabu, 13 Agustus 2014

Melihat gambaran petani Indonesia saat ini


Sumber yang saya wawancarai tentang pembudidayaan ini adalah seorang petani yang mempunyai lahan sendiri, yang bernama Bapak Sarkam, 45 tahun. Dengan alamat di Dusun Babatan Desa Lembeyan Wetan Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan. Bapak Sarkam ini adalah petani yang berijazahkan SMP, yang menghidupi keluarganya atau sebagai tulang punggung keluarganya dengan jumlah 4 orang anggota keluarga, yang beranggotakan, ibu dari Bapak Sarkam, istri, dan 2 anaknya.
            Pada pembudidayaan padi ini, Bapak Sarkam memiliki lahan sendiri dengan luas lahan 0,5 ha atau 5000 m2. Dengan lahan yang tergolong lumayan luas itu, pada saat pengolahannya, tidak dilakukan secara sendiri, tetapi membutuhkan pekerja untuk melakukan pengolahannya. Pengolahan yang dilakukan pada budidaya ini adalah dengan menggunakan teknologi modern yaitu dengan menggunakan mesin. Yang mana mesin ini bukan milik  dari pemilik lahan, tetapi punya orang lain, sehingga dalam pengolahannya membutuhkan orang yang ahli dalam menggunakan mesin pengolahan tanah tersebut. Selain itu, dalam pengolahannya masih membutuhkan pekerja, berarti perlu adanya biaya sebagai ongkos para pekerja tersebut. Baik itu sebagai pekerja untuk menanam, mengolah dan lain sebagainya.
            Sarana produksi pada pembudidayaan ini, seperti benih dan pupuk diperoleh dari hasil pembelian di toko-toko pertanian. Selain itu, untuk mendapatkan akses sarana produksi tersebut, tidak hanya di dalam kota, tetapi juga dari luar daerah. Sehingga, bagi petani yang tidak mempunyai kendaraan, sulit untuk mendapatkan saprodi yang mereka butuhkan. Jika untuk saprodi dalam hal irigasi juga sama dengan saprodi benih dan pupuk dalam hal pengaksesannya. Hal tersebut dikarenakan, petani sangat menggantungkan air pada air hujan. Sehingga pada saat musim kemarau, pada pembudidayaannya, petani mendapatkan air dengan membeli pada perorangan yang mempunyai pompa air di daerah tersebut.
            Apabila semua sarana produksi sudah terpenuhi, maka petani melakukan penanamannya. Tata cara tanam padi oleh Bapak Sarkam yaitu pertama kali melakukan pembibitan atau persemaian pada bedengan untu memperoleh bibit. Setelah persemaian berumur 17-20 hari, maka bibit siap ditanam di lahan yang sudah diolah. Pengolahan lahan itu dengan memberikan pupuk organik sebelum diolah. Setelah diolah, bibit yang siap ditanam tersebut siap untuk ditanam, dengan jarak yang digunakan 20-23 cm. Apabila padi sudah mulai tumbuh, maka perlu ada pemupukan yang dilakukan setelah umur 10 hari dengan pupuk SP-36 1 kwintal, Phonska 50-100 kg dan Urea 50 kg. Kemudian dilakukan pemupukan kedua setelah umur 20 hari dengan pupuk ZA 50 kg dan Phonska 1 kwintal. Ini adalah pemupukan terakir, tetapi jika suatu saat ada padi yang terlihat tidak sehat atau menguning karena penyakit maka diberi pupuk kembali dengan pupuk ZA secukupnya. Selain hal tersebut, biasanya petani juga melakukan pengendalian terhadap pengganggu yang menyerang. Pengganggu yang biasanya ada adalah gulma, yang kemudian dikendalikan dengan mekanik yaitu dicabuti. Selainitu, ada juga OPT yang menyerang seperti belalang dan ulat, yang dikendalikan dengan kimiawi.
            Dari semua pembudidayaan petani tersebut didapatkan produksi padi yang lumayan baik. Hal tersebut dikarenakan dipengaruhi adanya musim. Menurut Bapak Sarkam, produksi pertanian akan lebih tinngi pada musim kemarau dibandingkan pada musim penghujan. Hal ini dapat diketahui dari produktivitas padi dari musim keduanya. Pada musim kemarau produktivitas yang yang dihasilkan sekitar 3,5-3,7 ton dengan lahan 0,5 ha tersebut. Sedangkan pada musim penghujan produktivitasnya sekitar 3,0-3,1 ton.
            Dari hasil produksi dan produktivitasnya sangat menentukan pemasarannya. Pemasaran padi tersebut diserahkan pada tengkulak sebagai penentu harga. Hal ini dikarenakan petani menerima uang apa adanya untuk penanaman selanjutnya, yaitu sebagai modal. Dapat juga dikatakan sebagai pengembalian biaya yang dikeluarkan pada pengolahannya. Tetapi, tidak semua hasil dari pemanenan tersebut dijual. Sebagian dijual dan sebagiannya lagi digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sehingga, untuk kebutuhan pokok sehari-hari tidak perlu repot untuk membeli lagi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar