Jumat, 10 Mei 2013

STRUKTUR PERTUMBUHAN BIBIT DAN UJI KEDALAMAN TANAM


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH TUMBUHAN DASAR
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA                                      : DEVY CRISTIANA
NIM                                           : 121510501020
GOL/KELOMPOK                 : KAMIS/I
ANGGOTA                              : 1. WAHYU MAULANA          (121510501017)
                                                     2. DYAH AYU                           (121510501007)
                                                     3. WAHYU PUSPASARI         (121510501006)
                                                     4. M. ZHAKARIA                    (121510501026) 
                                                     5. GERSON ERELAK             (121510501132)           
                                                     6. DESY ULTA Y                     (121510501042)
                                                     7. NUR ZULAIHA                    (121510501033)
JUDUL ACARA                     : STRUKTUR PERTUMBUHAN BIBIT DAN UJI KEDALAMAN TANAM
TANGGAL PRAKTIKUM   : 14 MARET 2013
TANGGAL PENYERAHAN         : 28 MARET 2013
ASISTEN                                  : 1. AKHMAD TAUFIQUL HAFIZH
                                                     2. LASAR SEKAR ARUM
                                                     3. MANUEL EDISON ANO
                                                     4. RAAF  LUQMAN  SYAH
                                                     5. DIYAH AYU SETYORINI
                                                     6. NOVITA FRIDA SAFATA
                                                     7. OKTAVIA RIZKI SETIYA R
                                                     8. MOCH. GUFRON ARIF R
                                                     9. ALMANSYAH NUR SINATRYA


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Makhluk hidup pada dasarnya memiliki ciri utama bernafas, dan mempertahankan hidupnya dengan melakukan perkembangbiakan. Perkembangbiakan bertujuan untuk memperbanyak jenisnya dan mempertahankan hidupnya. Perkembangbiakan bagi setiap makhluk itu berbeda, mulai dari manusia hewan dan tumbuhan. Makhluk hidup yang menjadi produsenlah yang berperan utama dalam jaring-jaring kehidupan, yaitu tumbuhan atau tanaman.
Pada umumnya tanaman mempertahankan jenisnya atau melestarikan individunya  juga dengan pembiakan. Pembiakan tanaman dikenal ada dua macam, yaitu perkembangbiakan vegetatif dan generatif. Pembiakan vegetatif yaitu suatu pembiakan dengan menggunakan organ dari tanaman tersebut, sedangkan pembiakan generatif biasanya menggunakan biji/benih. Perkembangbiakan dari vegetatif dan generatif tersebut mempunyai struktur pertumbuhan yang berbeda,sehingga memiliki susunan akar dan kekuatan menembus tanah yang berbeda.
Antara biji dan benih merupakan istilah yang sering rancu dalam penggunaannya. Biji dan benih mempunyai struktural yang sama ,tetapi mempunyai pengertian yang berbeda. Biji diartikan sebagai suatu hasil tanaman yang digunakan untuk konsumsi. Sedangkan, benih adalah suatu alat untuk perkembangbiakan tanaman, sehingga perlu dipilih yang bermutu tinggi diharapkan mampu menghasilkan tanaman berproduksi maksimum.
Pada suatu budidaya tanaman sebaiknya memilih suatu benih yang bermutu tinggi, sehingga menghasilkan bibit yang akan tumbuh menjadi tanaman dewasa. Benih yang berkecambah pada media tanah akan segera melengkapi bagian-bagiannya yaitu sistem perakaran di dalam tanah dan sistem pertunasan di atas tanah tersebut.Sehingga perlu adanya diketahui untuk kedalaman tanahnya.
Misalnya, untuk budidaya tanaman kacang tanah dan jagung. Maka, perlu diketahui untuk kedalaman tanah. Kacang tanah merupakan tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Selain itu, kacang banyak disukai dan dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya pembudidayaan tanaman kacang tanah saat ini. Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya uji kekuatan tumbuh (vigor) bibit dengan kedalaman tanam berbeda.

1.2  Tujuan
1.        Untuk mengetahui struktur kecambah dua macam jenis benih dan mengetahui keragaan perkecambahannya.
2.        Untuk melatih mahasiswa agar dapat melakukan uji (vigor) bibit, dan memahami relevansi uji kedalaman tanam.















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
            Pertumbuhan awal bibit merupakan yang menentukan keberhasilan tanaman untuk mencapai pertumbuhan yang sesuai di dalam pembibitan. Yaitu suatu hasil pembibitan yang sesuai harapan, baik dalam perkecambahan maupun dalam pertumbuhannnya. Pertumbuhan  dan vigor bibit sangat ditentukan oleh kecambah yang ditanam, morfologi kecambah, dan cara penanamannya (Pahan,2006). Vigor diartikan sebagai kemampuan bibit untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal.
            Menurut Maemunah (2009) bahwa vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing “kekuatan tumbuh” dan “daya simpan” benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada kemampuannya untuk menjadi suatu tanaman normal dalam keadaan sub optimum atau keadaan setelah suatu benih disimpan lama. Benih yang disimpan lama tersebut diharapkan dapat tumbuh dengan baik, sehingga tidak terjadi kemunduran benih atau bibit.
            Biji yang ditempatkan pada kondisi lingkungan yang memadai akan berkecambah. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air oleh biji. Penyerapan air tersebut berasal dari tanah yang kemudian dialirkan ke biji. Setelah itu, enzim yang terdapat pada biji akan aktif. Enzim kemudian mengaktifkan metabolisme sel, salah satunya untuk mengambil oksigen. Oksigen diperoleh dari hasil fotosintesis dari tanaman tersebut. Oksigen diperlukan untuk proses oksidasi makanan cadangan yang terdapat dalam pertumbuhan biji. Dengan demikian, hasil oksidasi dapat digunakan untuk pertumbuhan biji (Karmana, 2008)
            Pada proses pertumbuhan terjadi pengangkutan zat makanan. Menurut Kamil (dalam Suparwoto dkk, 2006). Semakin lancar proses pengangkutan cadangan makanan yang telah dicerna di dalam biji yang sedang berkecambah, maka semakin cepat pula biji itu berkecambah. Sehingga, kecepatan perkecambahan itu tergantung pada proses pengangkutan cadangan makanan. Apabila cadangan makanan sedikit maka perkecambahan akan semakin lambat.
            Untuk mempercepat laju perkecambahan tersebut dapat dilakukan dengan perlakuan skarifikasi. Menurut Mistian (2012) menyatakan bahwa skarifikasi dilakukan dengan mengupas sebagian epikarp ( lapisan terluar benih ) dan mesokarp benih (sabut) kemudian menggosok endokarp yaitu lapisan benih berstektur keras. Perlakuan skarifikasi bagian pangkal benih (dekat dengan embrio) menyebabkan air dan oksigen mudah masuk kedalam benih sehingga proses perkecambahan dimulai lebih cepat dibandingkan skarifikasi di bagian lain. Oleh karena itu, benih cepat berkecambah dan air serta oksigen mudaah masuk kedalam benih.
           






















BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Hari Kamis pukul 14.00 WIB sampai selesai, tanggal 14 Maret 2013 di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Jember dengan acara struktur pertumbuhan bibit dan uji kedalaman tanam.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.             Bak pengecambah
2.             Pengggaris
3.             Hand sprayer

3.2.2   Bahan
1.             Benih monokotil (padi atau jagung) dan dikotil (kakao atau kacang tanah)
2.             Substrat tanah dan pasir

3.3         Cara Kerja
1.             Membuat media tanam berupa campuran tanah top soil dan pasir perbandingan 1 : 1, kemudian membersihkan dan mengayak halus
2.             Memasukkan campuran media tanam kedalam bak pengecambah hingga ½ - 2/3  tinggi bak ( untuk kedalaman 2,5 – 7,5 ), menyiram sampai kelembaban cukup.
3.             Menanam 20-25 butir benih monokotil (jagung atau padi) sebanyak 20-25 benih dan dikotil (kedelai atau kacang tanah) dengan kedalaman 2,5 ; 5,0, dan 7,5 cm dalam tiga ulangan
4.             Menanam dengan campuran tanah lembab yang sama setinggi kedalaman tanam kemudian menutup benih.
5.             Menanam satu macam jenis benih dengan kedalaman tertentu (sesuai perlakuan) sebanyak tiga lajur (3 ulangan). Menjaga kelembaban substrat setiap saat.




























BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Jenis Bahan
Kedalaman (cm)
UL
Perkecambahan
Tinggi tanaman (cm)
Panjang Akar (cm)
Normal
Abnormal
Mati
JAGUNG
2,5
1
90%
10%
-
24
4,9
2
100%
-
-
23,25
5,25
3
100%
-
-
20
10,85
5,0
1
80%
10%
10%
23
12
2
70%
10%
20%
22,25
16,75
3
90%
10%
-
23,5
6,75
7,5
1
100%
-
-
27,25
7,4
2
100%
-
-
25
10,5
3
90%
-
10%
24,35
8,6
KACANG TANAH
2,5
1
60%
20%
20%
9,5
7
2
40%
50%
10%
10,25
6,75
3
50%
40%
10%
12,5
4,5
5,0
1
30%
0
70%
16
7,25
2
40%
0
60%
14,25
6,75
3
40%
10%
50%
13,75
6,75
7,5
1
40%
10%
50%
19,15
13,15
2
50%
0
50%
22,
12,65
3
60%
20%
20%
21,25
10,95

Perlakuan
rata-rata tinggi kecambah jagung
ulangan 1
ulangan 2
ulangan 3
2,5 cm
24
23,25
20
5 cm
23
22,25
23,5
7,5 cm
19,2
22,4
24,25







 










Perlakuan
rata-rata tinggi kecambah kacang tanah
ulangan 1
ulangan 2
ulangan 3
2,5 cm
9,5
10,25
12,5
5 cm
16
14,25
13,75
7,5 cm
19,15
22,4
21,25








 









Perlakuan
rata-rata panjang akar jagung
ulangan 1
ulangan 2
ulangan 3
2,5 cm
4,2
5,25
10,85
5 cm
12
16,75
6,75
7,5 cm
7,4
10,5
8,6






Perlakuan
rata-rata panjang akar kacang tanah
ulangan 1
ulangan 2
ulangan 3
2,5 cm
7
6,75
4,5
5 cm
7,25
6,75
6,75
7,5 cm
13,15
12,65
10,95


Perlakuan
rata-rata presentase vigor bibit jagung (%)
ulangan 1
ulangan 2
ulangan 3
2,5 cm
90
100
100
5 cm
80
70
90
7,5 cm
100
100
90


Perlakuan
rata-rata presentase vigor bibit kacang tanah (%)
ulangan 1
ulangan 2
ulangan 3
2,5 cm
60
30
90
5 cm
30
40
40
7,5 cm
40
50
60
4.2 Pembahasan
 Berdasarkan praktikum uji kedalaman tanah pada jagung dan kacang tanah dengan menggunakan media tanam pasir dan tanah diperoleh data yang menunjukkan perbedaan vigor pada setip kedalaman media yang berbeda. Vigor tersebut dapat dihitung dengan rumus kekuatan tumbuh. Dari pengukuran tersebut diperoleh hasil bahwa  kekuatan tumbuh jagung pada kedalaman 2,5 cm mencapai 100% hasil tertingginya, pada kedalaman 5 cm hasil tertinggi 90%, pada kedalaman 7,5 cm menunjukan hasil tertingginya 100%. Sedangkan pada kacang tanah pada kedalaman 2,5 cmhasil tertingginya 90%, pada kedalaman 5 cm hasil tertingginya 40%, pada kedalaman 7,5cm hasil tertingginya 60%.
Dari hasil pengamatan tersebut diperoleh hasil bahwa pada penanaman benih jagung pada kedalaman 5 cm kurang baik dibandingkan dengan hasil penanaman pada kedalaman 2,5 cm dengan 7,5 cm. Dari data tersebut 2,5 cm dan 7,5 cm menun jukkan hasil 100% tingkat keberhasilaannya. Maka, dapat disimpulkan tanaman dengan kedalaman 5 cm kurang baik,hal ini membuktikan bahwa kedalaman yang cocok itu dangkal dan kedalaman tanah yang dangkal. Karena tanaman jagung ini dapat hidup menyesuaikan tempat hidupnya . Sedangkan pada tanaman kacang tanah pada kedalaman 2,5 cm lebih baik dibandingkan dari hasil kedalaman 5 cm dan 7,5 cm. Hal ini ditunjukkan dari prosentase tanaman tersebu yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan pada kedalaman tanah yang lebih dangkal hasil lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa kedalaman tanah mempengaruhi pertumbuhan benih tersebut, berkaitan dengan pengaruh vigor benih. Benih jagung dapat tumbuh di kedalaman yang dangkal dan dalam menyesuaikan kondisi lingkungan sedangkan kacang tanah paling baik tumbuh di kedalaman yang dangkal. Hal ini berkebalikan dengan yang dinyatakan (Karmana,2008) bahwa tanaman suatu kedalaman tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan benih, pengaruh tersebut berkaitan dengan vigor benih.
Jagung merupakan sampel subkelas monokotil, dimana terlihat morfologi jagung yang memiliki bentuk hilum yang lonjong dan berlokasi di bagian pangkal biji dan posisinya menonjol. Selain itu terlihat perbedaan warna yang membedakan antara embrio, endosperm, dan epicarp benih jagung, ketika benih jagung dibelah. Pada benih jagung terlihat endosperma, embrio dan posisi hilum.
 Faktor eksternal atau  lingkungan ideal yang sangat berpengaruh terhadap perkenbangan benih antar lain cahaya, oksigen, suhu dan tekanan partikel tanah atau keadaan media. Setiap factor lingkungan tersebut memiliki pengaruh dan fungsi tersendiri dalam perkembangan binih antara lain yaitu
a)   Oksigen
Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya sintesis karbohidrat.
b)   Suhu
Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, pertumbuhan dan differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih . suhu ideal berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C. Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.
c)   Media atau tekanan partikel tanah
Tanah atau media  yang dapat meningkatkan produksi benih adalah madia yang subur. . Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Sehingga media tersebut bukanlah media yang asam maupun basa, memiliki drainase baik agar terhindar dari rendaman air tetapi cukup menyimpan air agar tidak kekeringan.
d)  Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis tanaman. Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya. Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.
Kedalaman tanam merupakan hal penting karena tanah memiliki kandungan unsur yang dibutuhkan tanaman pada kedalaman tertentu dan setiap tanaman memiliki keseesuaian tertentu terhadap kedalaman tanam terkait vigor tanaman. Bibit normal dari benih yang vigor memiliki kekuatan tumbuh pada tanah padat dengan asumsi benih yang mampu tumbuh normal pada kedalaman tanam paling dalam, sedangkan kecambah dari benih yang kurang vigor tidak memiliki kemampuan tersebut. Vigor dihubungkan dengan bobot benih .Dalam hal ini dihubungkan dengan kekuatan kecambah, kemampuan benih menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak menguntungkan serta bebas dari serangan mikroorganisme.Bibit tipe epigeal biasanya memerlukan penanaman yang lebih dangkal daripada bibit tipe hipogeal. Air dan oksigen berada di dalam pori-pori tanah pada bagian atas tanah hampir jenuh, oleh karena itu penanaman dangkal. Sedang pada musim kering bibit lebih baik di tanam sedikit lebih dalam. Sewaktu benih di tanam bila benih menurun maka kecepatan berkecambah menjadi lemah dan berat kering atau bobot benih saat dikecambahkan menjadi rendah yang nantinya akan menghasilkan panen yang rendah. Kalau kita tanam biji jagung dengan kedalaman yang berbeda,mesocotyl dan akar adventif ini dibentuk pada jarak yang hampir sama (2,5-3,5 cm) dari permukaan tanah.Kalau biji jagung di tanam terlalu dalam (15-17 cm) dari permukaan tanah, maka coleoptyle ini kemudian menjadi kering didalam tanah tanpa membentuk akar adventif, akibatnya bibit tadi akan mati. Selain itu, pada benih jagung lebih efisien ditanam pada kedalaman sedang karena jagung dapat tumbuh menyesuaikan lingkungan yang ditumbuhinya.
Dari hasil tersebut diperoleh bahwa jagung efisien ditanam pada kedalaman 2,5 dan 7,5 . Karena jagung ini mampu adaptasi pada lingkungan yang sesuai. Sedangkan pada kacang tanah lebih efisien pada kedalaman lebih dangkal, yaitu 2,5 cm. Jadi kedalam lebih rendah akan efisien pada tanaman kacang tanah.
           







BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum struktur pertumbuhan bibit dan uji kedalaman tanah yang sudah dilakukan, antara lain:
1.        Struktur pada benih jagung adalah seperti pada subkelas monokotil memiliki bentuk hilum yang lonjong dan berlokasi di bagian pangkal biji dan posisinya menonjol
2.        Faktor luar merupakan salah satu factor penting dalam  perkembangan bibit karena mempengaruhi pertumbuhan vigor benih.
3.        Kedalaman tanam pada jagung yang baik adalah 2,5cm dan 7,5 cm, sedangkan kacang tanah adalah 2,5 cm.
4.        Suatu kedalaman tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan benih, pengaruh tersebut berkaitan dengan vigor benih
5.        Pada biji hypogeal kotiledon tetap di tanah namun pada epigeal berada dipermukaan tanah dan memiliki perkembangan benih berbeda.

5.2 Saran
            Perlu adanya ketelitian dalam melakukan praktikum. Selain itu, sebaiknya praktikan lebih dibimbing dalam praktikum agar tidak terjadi kekeliruan. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi antara praktikan dan pembimbing praktikum.




DAFTAR PUSTAKA

Karmana,Oman. 2008. Biologi 2A. Bandung: Grafindo Media Pratama

Maemunah, Adeliana, Enny. 2009. Lama Penyimpanan dan Invigorasi Terhadap                  Vigor Bibit Kakao. Media Litbang Sulteng, 2(1): 56-61

Mistian,et.al. 2012. Respons Perkecambahan Benih Pinang Terhadap Berbagai       Skarifikasi dan Konstentrasi Asam Giberal (GA3). Online Agroteknologi,             1(1):15-25

Pahan,Iyung.2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Bogor: Penebar Swadaya

Suparwoto,et.al. 2006. Pengaruh Atonik Terhadap Perkecambahan Biji Duku.        Agronomi, 10(2):77-79




Tidak ada komentar:

Posting Komentar