Jumat, 10 Mei 2013

APLIKASI MEDIA HIDROPONIK UJI KUALITATIF PERTUMBUHAN TANAMAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM HOLTIKULTURA
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA                                      : DEVY CRISTIANA       (121510501020)
KELAS/KELOMPOK            : A/3
ACARA                                    : APLIKASI MEDIA HIDROPONIK UJI KUALITATIF PERTUMBUHAN TANAMAN
TANGGAL PRAKTIKUM   : 14 MARET 2013
TANGGAL PENYERAHAN         : 25 APRIL  2013
ASISTEN                                  : 1. LAILY ILMAN W.
                                                     2. NURHALIMAH
                                                     3. ARIS SUSANTO
                                                     4. RISKY MULANA A.
                                                     5. ANNA SOFYANA
                                                     6. ENGGAR WELLY A.
                                                     7. RAHMAT KURNIAWAN
                                                     8. REKYAN LARASATI
                                                     9. DERIE KUSUMA B.N
                                                   10. SITI NUR WAHYU T.N







I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Secara sederhana, hidroponik adalah metode budidaya tanaman dengan menggunakan air yang diperkaya dengan nutrisi, bukan tanah.Teknik hidroponik yang dikenal sebagai salah satu teknik budidaya tanaman non tanah saat ini sudah mulai dikenal dan memberi daya tarik tersendiri, baik dalam segi bisnis maupun hobi. Teknik ini memiliki berbagai keunggulan dan manfaat untuk menjawab tantangan pertanian masa depan. Sifatnya yang menghemat lahan, bersifat bersih, tidak rumit, dan tidak mudah terserang gulma dan hama, menjadikan teknik ini semakin dikembangkan.Maka dari itu, hidroponik tidak memerlukan pemakaian herbisida dan pestisida beracun sehingga lebih ramah lingkungan dan sayuran yang dihasilkan pun akan lebih sehat.
            Aplikasi dari teknik hidroponik ini tidak begitu sulit. Ada dua teknik utama dalam mengembangkan hidroponik, yaitu biasa dikenal dengan hidroponik substrat dan non substrat. Hidroponik substrat yaitu suatu teknik yang  menggunakan media buatan, umumnya pasir dan arang sekam, yang cara penanamannya hampir sama dengan bertanam biasa yang menggunakan tanah dalam pot. Sedangkan hidropoik non substrat ini  langsung menggunakan media air, aplikasinya melalui saluran air dari susunan pipa dengan mengaliri nutrisi untuk tanaman, teknik yang paling sering digunakan adalah teknik NFT (Nutrien Food Technique). Teknologi ini membuat hidroponik menjadi lebih efisien dalam membudidayakan tanaman. Misalnya, tanaman sayur-sayuran, buah-buahan ataupun yang lainnya.
            Tetapi, untuk mengubah suatu metode konvensional menjadi metode hidroponik tersebut mengeluarkan biaya yang cukup banyak. Lebih lagi untuk aplikasi teknologi tertentu yang sulit, malah akan menjadi suatu hal yang membingungkan. Oleh karena itu, bagi yang hobi dalam budidaya secara hidroponik perlu dipersiapkan teknik-tekniknya. Apabila hanya untuk sekedar kesenangan lebih baik menggunakan suatu teknik yang mudah dan murah hidroponik. Sehingga, tidak menyebabkan pengeluaran yang banyak.
            Diketahui bahwa perlu teknik kusus dalam melakukan hidroponik maka, dibutuhkan suatu keterampilan lebih bagi teknisinya untuk membudidayakan tanaman secara hidroponik, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan hasil sesungguhnya. Ketrampilan juga diperlukan untuk budidaya hidroponik agar memperoleh mutu yang berkualitas, dan mendapatkan hasil yang mempunyai estetika tinggi. Hal ini akan menjadi daya tarik bagi masyarakat yang melihatnya dan menjadi suatu kelebihan dalam bertanam menggunakan hidroponik. Perlu diketahui bahwa budidaya tanaman secara hidroponik dapat dilakukan di dalam ruangan, asalkan pemeliharaannya baik dan benar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan tanaman akan hara dan pencahayaannya tercukupi.
            Oleh karena itu, untuk menghasilkan tanaman yang memuaskan, perlu adanya pengaplikasian yang sesuai dengan teknik budidaya hidroponik. Agar mengetahui respon media bagi pertumbuhan tanaman. Serta mengetahui pemanfaatannya.

1.2 Tujuan
            Untuk mengetahui dan memahami pemanfaatan media tanam non tanah dalam budidaya secara hidroponik serta mengkaji respon dari media yang ada terhadap pertumbuhan tanaman.







II. TINJAUAN PUSTAKA
Hidroponik adalah suatu cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman. Perbedaan bercocok tanam dengan tanah dan hidroponik yaitu, kalau dengan tanah, zat-zat makanan diperoleh tanaman dari dalam tanah. Sedangkan hidroponik, makanan diperoleh tanaman dari dalam air yang mengandung zat-zat anorganik. (Mikrajuddin,2007:161). Para peneliti menggunakan budidaya hidroponik untuk menentukan unsur-unsur mineral mana yang memang betul-betul nutrien esensial. (Campbell,2008:339)
Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang lebih terkontrol. Dengan pengembangan teknologi , kombinasi sistem hidroponik dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien ( minimalys sistem ) dibandingkan dengan kultur tanah , terutama untuk tanaman berumur pendek. Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan satuan produktivitas yang sama. (Lonardy dalam Mas’ud, 2009 :131)
            Sistem hidroponik banyak digunakan untuk menanam tumbuhan holtikultura seperti tomat, paprika dan melon. Pada awalnya, sistem hidroponik identik dengan penanaman tanpa media tanah, akan tetapi sesuai dengan perkembangan teknologi, hidroponik digunakan untuk penumbuhan tanaman dengan mengontrol nutrisi tanaman sesuai dengan kebutuhannya, salah satu metode yang mulai banyak digunakan adalah nutrient film technique yang merupakan sistem hidroponik tertutup , yang mana nutrisi akan mengalir secara terus menerus atau dalam jangka waktu tertentu secara teratur. (Suprijadi, 2009:31)
            Salah satu media yang dapat digunakan untuk sistem hidroponik adalah gel. Pengaturan ukuran gel dalam media tanam sangat diperlukan, karena dapat mempercepat proses penyerapan air dan penyimpanan air oleh media. Selain itu ukuran gel juga mempengaruhi penyediaan ruang untuk pengakaran tanaman. Keuntungan lain penggunaan gel dapat menghindarkan adanya hewan tanah, dapat diberi pewarna sehingga dapat mempercantik untuk tanaman hias. (Hakim,2006)Selain gel masih ada media tanam lain yang dapat dimanfaatkan untuk hidroponik.
            Misalnya arang sekam, Arang sekam merupakan hasil dari pembakaran kulit gabah. Menurut Murniati (dalam Sari,2009) bahwa arang sekam memiliki sifat kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, ringan dengan berat jenis sekitar 0,2 gr/cm3 , kapasitas menahan air tinggi dan dapat menghilangkan pengaruh penyakit karena telah melalui tahap sterilisasi, sehingga relatif bersih dari hama , bakteri dan gulma.      
            Menurut Pramono ( dalam Rahmawaty,2009: ) menyatakan bahwa media dalam hidroponik berfungsi sebagai penopang tanaman dan memiliki syarat seperti struktur yang stabil selama pertumbuhan tanaman , bebas dari zat berbahaya bagi tanaman, bersifat inert, memiliki daya pegang air yang baik, drainase dan aerase yang baik.         
            Prinsip dasar dari hidroponik adalah memberikan atau menyediakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk larutan. Pemberiannya dilakukan dengan penyiramannya atau meneteskannya pada tanaman. (Tim Penulis PS,2006:44)
Hal ini dapat dibuktikan bahwa, budidaya secara hidroponik dapat berhasil apabila kebutuhan air, sirkulasi udara dan hara tanaman tercukupi. (Susanto, 2010:1)Apabila kekurangan unsur tersebut maka akan ada kemungkinan tanaman tersebut akan mati ataupun layu .Perlu adanya perawatan yang intensif agar tidak terjadi hal-hal tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan air, dapat digunakan irigasi untuk suatu tanaman. Teknik yang dapat digunakan adalah irigasi tetes Ro Drip.Teknologi irigasi tetes Ro Drip sangat efisien dalam penggunaan air sehingga sangat cocok untuk digunakan pada budidaya tanaman sayuran di dataran rendah yang memiliki keterbatasan sumber air. (Kasiran,2009:29) Karena ini membantu untuk ketersediaan air bagi suatu tanaman.
           
III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu
Hari Kamis pukul 09.30 WIB sampai selesai, tanggal 14 Maret 2013 di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Jember dengan acara aplikasi media hidroponik uji kualitatif pertumbuhan tanaman.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Alat
1.             Larutan A,B Mix
2.             Pupuk gandasil B
3.             Pupuk NPK, Urea, KCl dan SP-36
4.             Fungisida dan insektisida
5.             Ajir atau penyangga tanaman

3.2.2 Bahan
1.             Pot plastik
2.             Pipa paralon
3.             Gelas ukur
4.             Cetok/alat pengaduk
5.             Sprayer

3.3 Cara Kerja
1.             Menanam bibit tomat kedalam media padat/subtrat dan bibit tanaman kangkung pada media NFT yang telah tersedia dengan terlebih dahulu melepaskan / membuang polibag bibit
2.             Memadatkan media disekitar pangkal bibit dan untuk media NFT berikan penyangga spon pada pangkal bibit
3.             Menyiram media dengan air bersih
4.             Melakukan penyiaraman nutrisi A, B Mix
5.             Melakukan pemupukan dengan NPK , Urea, KCl dan SP-36
6.             Melakukan perawatan yaitu : membuang tunas-tunas air, melakukan pengikatan batang pada ajir, mengendalikan OPT.
7.             Melakukan parameter pengamatan setiap minggu terhadap tinggi tanaman, jumlah ruas, jumlah daun, jumlah buah per tanaman , berat buah pertanaman

























BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Hasil Pengamatan Media Tanam Hidroponik Substrat (Tomat)
KELOMPOK
Komposisi Media
M0
M1
M2
M3
M4
Pasir
SG
Kompos
T
D
T
D
T
D
T
D
T
D
1
1
1
1
30
4
40
5
53
97
71
162
85
243
2
2
0
1
22
38
29
57
51
99
76
172
226
88
3
0
1
2
27,3
28
32
32
42,3
53
56
68
56
106
4
1
2
0
28,6
21
40,6
32
55,6
49
71,0
82
107,3
158
5
0
0
3
26
44
39
58
56
68
80
110
97
121
6
0
2
1
26
34
36
47
54
68
75
96
147
70

4.1.2 Hasil Pengamatan Media Tanam Hidroponik NFT (Sawi)
Kelompok
Dosis
M0
M1
M2
T
D
T
D
T
D
1 & 4
1 gr/l
5,2
5
6,2
5
6,2
4
2 & 5
1,5 gr/l
8,05
5
7,5
3
7,5
3
3&6
2 gr/l
5,8
5
5,6
5
5,6
3


4.2 Pembahasan
            Pada hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa pada media tanam hidroponik substrat tanaman tomat dengan komposisi pasir, serbuk gergaji dan kompos pertumbuhannya berbeda-beda  pada tiap minggunya untuk masing-masing perbandingan komposisi media. Pada perbandingan komposisi 1:1:1 baik tinggi tanaman maupun jumlah daun tiap minggunya bertambah. Kenaikan jumlah daun yang tertinggi ada pada minggu ke 3 menuju minggu ke 4, sedangkan tinggi tanaman kenaikan tertinggi ada pada minggu ke 2 menuju ke minggu ke 3. Pada perbandingan 2:0:1 seperti pada perbandingan yang pertama tinggi tanaman bertambah tiap minggunya, tetapi terjadi penurunan jumlah daun dari minggu ke 3 menuju ke minggu ke 4. Pada perbandingan 0:1:2 juga terjadi peningkatan tinggi tanaman dan jumlah daun pada tiap minggunya. Begitu pula pada perbandingan 0:0:3 , tetapi pada perbandingan yang terakir 0:2:1 terjadi penurunan jumlah daun juga pada minggu ke 3 ke minggu ke 4.
            Pada perlakuan komposisi media masing-masing dapat diketahui bahwa pada media tanam hidroponik substrat tanaman tomat yang terbaik ada pada komposisi media pasir dan serbuk gergaji dengan perbandngan 1:2. Hal ini dapat diketahui dari pertambahan pertambahan jumlah daun dan tinggi tanaman yang meningkat tiap minggu dan pertumbuhan keduanya seimbang. Selain itu, pada komposisi media ini mempunyai kemampuan menyerap air dan menjerap hara yang tinggi dan dapat memperbaiki drainase media karena mempunyai ruang pori yang besar.Sehingga, memberikan tunjangan bagi pertumbuhan tanaman. Salah satu indikator bagi pertumbuhan tanaman yang baik adalah perkembangan daun tanaman yang baik pula(Fatimah dkk,2008).
            Sedangkan, pada media tanam hidroponik NFT pada tanaman sawi. Pada perlakuan dengan dosis yang berbeda pertumbuhan tanamannya pun berbeda. Pada dosis 1 gr/l tinggi tanaman ke minggu pertama meningkat dari awalnya 5,2cm dengan jumlah daun 5 menjadi 8cm dan jumlah daun tetap, tetapi pada minggu ke-2 tinggi tanaman menjadi menurun,begitupula dengan jumlah daun. Hal yang serupa terjadi pada dosis 2 gr/l. Sedangkan pada dosis 1,5gr/l tinggi tanaman dan jumlah daun menurun pada minggu 1 dari 8,05cm dan 5 menjadi 7,2 cm dan 3 buah daun, tetapi pada minggu ke-2 tinggi tanaman naik kembali menjadi 7,5 cm dengan jumlah daun yang tetap 3buah. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan sawi mengalami penurunan baik dari sisi tinggi tanaman maupun jumlah daun, hal ini dikarenakan tanamann semakin layu dan daun rontok hingga akhirnya tanaman mati. Penyebab kegagalan ini dapat dikarenakan komoposisi nutrisi yang terlalu berlebihan bagi tanaman, sehingga tanaman menyerap nutrisi yang berlebihan dan mengalami overdosis nutrisi. Selain itu, pada media NFT ini penyakit mudah menyebar,sehingga apabila ada satu tanaman yang terkena penyakit, tanaman yang lain akan mudah tertular. Menurut Purnomo (2006) pada  sistem NFT, diperlukan lapisan yang dangkal berdasar datar bak dan pompa perendaman yang akan menyimpan air yang mengalir pada akar tanaman. Tanaman harus diletakkan secara berdekatan dengan media agar memungkinkan nutrisi untuk lebih mudah menempel pada akar. Pompa perendaman akan terus-menerus mensirkulasi air untuk kembali ke dalam sistem dan karena air secara terus-menerus bersirkulasi, maka kita perlu melakukan pengawasan tingkat gizi yang terkandung di dalam air.Teknik NFT juga memiliki beberapa potensi kelemahan yang perlu segera ditangani, sebagai contoh nutrisi yang diperlukan bagi tanaman dapat menyebabkan kerusakan pada pompa perendaman. Jika pompa perendaman gagal, tanaman tidak akan mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup dan gangguan yang relatif pendek di pompa dapat mengakibatkan kegagalan total pada tanaman. Selain itu, pada NFT berlaku semakin curam talang NFT memungkinkan semakin tinggi produksi tanaman. Hal tersebut dikarenakan DO pada larutan nutrisi semakin banyak. Tentu saja hal ini diimbangi dengan kecepatan aliran nutrisi yang memadai. Jika, nutrisi tidak sesuai maka tanaman pun akan mengalami kegagalan atau mati.     
                        Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam NFT adalah, kemiringan talang yang digunakan (1-5%) untuk mengalirkan nutrisi, kecepatan aliran air yang masuk tidak boleh terlalu cepat hal ini dapat diatur pada pembuatan kran, lebar talang yang memadai agar menghindari terbendungnya larutan nutrisi, peletakkan tanaman dengan mengatur jarak antar tanaman. Kemiringan talang dilakukan dialirkan agar tiap tanaman pada saat air mengalir memperoleh nutrisi yang cukup, karena apabila lurus maka akar tidak dapat menjangkau air yang bernutrisi sehingga tanaman tidak memperoleh nutrisi. Air dialirkan tidak boleh terlalu cepat supaya nutrisi pada air tidak mudah hilang. Peletakkan tanaman diatur sesuai dengan jarak tanam agar antara tanaman tidak lembab yang akan menyebabkan tanaman mati jika terlalu lembab karena membusuk. Maka dari itu, dalam budidaya dengan sistem ini perlu adanya perihal yang harus diperhatikan seperti diatas.
            Jika dibandingkan antara media tanam hidroponik substrat dan media tanam hidroponik NFT masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda. Beberapa kelebihan pemakaian NFT antara lain : dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting density. Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi listrik dan penyakit yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain. Sedangkan pada media tanam hidroponik substrat Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup, dapat menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, tidak mudah lapuk. Selain itu, media ini juga mempunyai kekurangan yaitu perlu adanya keseimbangan komposisi media tanam dan perawatan yang teratur baik pengairan pemupukan dan lain sebagainya. Maka dari itu, dilihat dari kefektifannya, media tanam hidroponik substrat lebih efektif jika dilihat dari hasil pertumbuhan tanaman tomat yang masih bertambah, baik jumlah daun maupun tinggi tanamannya sampai minggu ke empat. Selain itu, lebih mudah perawatan dan hemat biaya yang dikeluarkan. Sedangkan dilihat dari kkefisienannya lebih efisien yang media tanam hidroponik NFT karena, lebih efisien baik tempat maupun tenaga. Selain itu, kebutuhan akan air dan unsur hara terpenuhi.
            Desain NFT yang ideal untuk media tanam hidroponik menurut saya adalah seperti gambar berikut:
Description: http://www.steadygrowpro.com/images/hydroponic/NFT-System.png
            Dilihat dari gambar tersebut, maka desain NFT yang ideal itu adalah kemiringan talang NFT disemua lajur tanam harus seragam (sumber acuan : 1-50), kecepatan aliran air dan nutrisi yang masuk tidak boleh terlalu cepat karena harus disesuaikan dengan kemiringan talang, perlunya timer untuk mengatur cepat lambat aliran. Selain itu, sebaiknya tempat tanaman tersebut menggunakan styrofoam yang cukup tebal dan mudah dibersihkan.













BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1    Kesimpulan
1.        Pada media tanam hidroponik substrat tanaman tomat dengan komposisi pasir, serbuk gergaji dan kompos pertumbuhannya berbeda-beda  pada tiap minggunya untuk masing-masing perbandingan komposisi media.
2.        Pada praktikum tersebut didapat hasil yang terbaik pada media tanam hidroponik substrat tomat ada pada media pasir: serbuk gergaji dengan perbandingan 1:2.
3.        Pertumbuhan tanaman sawi pada media NFT dari minggu ke minggu semakin menurun.
4.        Hal yang harus diperhatikan dalam sistem NFT adalah sirkulasi udara, pengaliran air, serta jarak antar tanaman.
5.        Jika dilihat dari perbandingan media tanam hidroponik tersebut, media tanam yang efektif ada pada media tanam hidroponik substrat tanaman tomat. Sedangkan yang lebih efisien ada pada media tanam hidroponik NFT.
6.        Media NFT yang dibuat harus ideal untuk jenis tanaman yang akan ditanam.

5.2    Saran
     Sebaiknya praktikan harus lebih hati-hati dalam proses penanaman dan lebih rajin dalam melakukan perawatan tiap hari agar didapatkan hasil yang optimal.









DAFTAR PUSTAKA
Campbell,et.al. Biology. Terjemahan oleh Wesman Manalu.2008. Jakarta:    Erlangga

Fatimah,et.al. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan                                             Hasil Tanaman Sambiloto. Embryo,5(2): 133-148

Hakim,et.al.2006. “Kapasitas Penyerapan dan Penyimpanan Air pada Berbagai      Gel dari  Tepung Karaginan untuk Pembuatan Media Tanam Jeloponik. Undip

Kasiran.2009. Teknologi Irigasi Tetes “ Ro Drip” Untuk Budidaya Tanaman          Sayuran di       Lahan Kering Dataran Rendah. Sains dan Teknologi            Indonesia,8(1):26-30

Mas’ud,Hidayati.2009. Sistem hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam          Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang        Sulteng,2(1):131-136

Mikrajuddin,et.al.2007. IPA terpadu SMP dan Mts 3A. Jakarta:Esis

Purnomo, Agung. 2006. Nutrient Film Technique (NFT)1.               http://belajarhidroponik.blogspot.com/2006/10/3-nutrient-film-technique-                      nft-1.html. Diakses 23 April 2013

Rahmawaty,Novi.2009. “Pengaruh Varietas dan Konsistensi Ethepan pada            Pertumbuhan dan        Hasil Panen Tanaman Mentimun Dalam Budidaya            Hidroponik”. Tidak Diterbitkan.        Skripsi.Bogor:IPB

Sari, Anna Yuda Norma.2009. “Pengaruh Jumlah Buah dan Pangkas Pucuk           Terhadap         Kualitas Buah pada Budidaya Melon dengan Sistem            Hidroponik”. Tidak diterbitkan.         Skripsi. Bogor:IPB

Suprijadi,et.al. 2009. Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik Dengan Menggunakan                 Logika  Fuzzy. J.Oto.Ktrl.Inst,1(1):31-35

Susanto,et.al.2010. Produksi dan Kualitas Buah Stroberi pada Beberapa Sistem     Irigasi. Holtikultura Indonesia,1(1):1-9

Tim Penulis PS. 2006. Budidaya Tomat Secara Komersial. Bogor: Penebar             Swadaya




Tidak ada komentar:

Posting Komentar