UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM
HOLTIKULTURA
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : DEVY
CRISTIANA (121510501020)
KELAS/KELOMPOK : A/3
ACARA : APLIKASI
MEDIA HIDROPONIK UJI KUALITATIF PERTUMBUHAN TANAMAN
TANGGAL
PRAKTIKUM : 14 MARET 2013
TANGGAL
PENYERAHAN : 25 APRIL 2013
ASISTEN : 1. LAILY ILMAN W.
2. NURHALIMAH
3. ARIS SUSANTO
4. RISKY MULANA
A.
5. ANNA SOFYANA
6. ENGGAR WELLY
A.
7. RAHMAT KURNIAWAN
8. REKYAN LARASATI
9. DERIE KUSUMA B.N
10.
SITI NUR WAHYU T.N
I.PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Secara
sederhana, hidroponik adalah metode budidaya tanaman dengan menggunakan air
yang diperkaya dengan nutrisi, bukan tanah.Teknik hidroponik yang dikenal sebagai salah satu teknik budidaya tanaman
non tanah saat ini sudah mulai dikenal dan memberi daya tarik tersendiri, baik
dalam segi bisnis maupun hobi. Teknik ini memiliki berbagai keunggulan dan
manfaat untuk menjawab tantangan pertanian masa depan. Sifatnya yang menghemat
lahan, bersifat bersih, tidak rumit, dan tidak mudah terserang gulma dan hama,
menjadikan teknik ini semakin dikembangkan.Maka dari itu, hidroponik tidak
memerlukan pemakaian herbisida dan pestisida beracun sehingga lebih ramah
lingkungan dan sayuran yang dihasilkan pun akan lebih sehat.
Aplikasi dari teknik hidroponik ini tidak begitu sulit. Ada dua teknik
utama dalam mengembangkan hidroponik, yaitu biasa dikenal dengan hidroponik
substrat dan non substrat. Hidroponik substrat yaitu suatu teknik yang menggunakan media buatan, umumnya pasir dan
arang sekam, yang cara penanamannya hampir sama dengan bertanam biasa yang menggunakan
tanah dalam pot. Sedangkan hidropoik non substrat ini langsung menggunakan media air, aplikasinya
melalui saluran air dari susunan pipa dengan mengaliri nutrisi untuk tanaman,
teknik yang paling sering digunakan adalah teknik NFT (Nutrien Food Technique).
Teknologi ini membuat hidroponik menjadi lebih efisien dalam membudidayakan
tanaman. Misalnya, tanaman sayur-sayuran, buah-buahan ataupun yang lainnya.
Tetapi,
untuk mengubah suatu metode konvensional menjadi metode hidroponik tersebut
mengeluarkan biaya yang cukup banyak. Lebih lagi untuk aplikasi teknologi tertentu
yang sulit, malah akan menjadi suatu hal yang membingungkan. Oleh karena itu,
bagi yang hobi dalam budidaya secara hidroponik perlu dipersiapkan
teknik-tekniknya. Apabila hanya untuk sekedar kesenangan lebih baik menggunakan
suatu teknik yang mudah dan murah hidroponik. Sehingga, tidak menyebabkan
pengeluaran yang banyak.
Diketahui
bahwa perlu teknik kusus dalam melakukan hidroponik maka, dibutuhkan suatu
keterampilan lebih bagi teknisinya untuk membudidayakan tanaman secara
hidroponik, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan hasil sesungguhnya. Ketrampilan
juga diperlukan untuk budidaya hidroponik agar memperoleh mutu yang
berkualitas, dan mendapatkan hasil yang mempunyai estetika tinggi. Hal ini akan
menjadi daya tarik bagi masyarakat yang melihatnya dan menjadi suatu kelebihan dalam
bertanam menggunakan hidroponik. Perlu diketahui bahwa budidaya tanaman secara
hidroponik dapat dilakukan di dalam ruangan, asalkan pemeliharaannya baik dan
benar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan tanaman akan hara dan pencahayaannya
tercukupi.
Oleh karena
itu, untuk menghasilkan tanaman yang memuaskan, perlu adanya pengaplikasian
yang sesuai dengan teknik budidaya hidroponik. Agar mengetahui respon media
bagi pertumbuhan tanaman. Serta mengetahui pemanfaatannya.
1.2
Tujuan
Untuk
mengetahui dan memahami pemanfaatan media tanam non tanah dalam budidaya secara
hidroponik serta mengkaji respon dari media yang ada terhadap pertumbuhan
tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hidroponik
adalah suatu cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam
tanaman. Perbedaan bercocok tanam dengan tanah dan hidroponik yaitu, kalau dengan
tanah, zat-zat makanan diperoleh tanaman dari dalam tanah. Sedangkan
hidroponik, makanan diperoleh tanaman dari dalam air yang mengandung zat-zat
anorganik. (Mikrajuddin,2007:161). Para peneliti menggunakan budidaya
hidroponik untuk menentukan unsur-unsur mineral mana yang memang betul-betul
nutrien esensial. (Campbell,2008:339)
Sistem
hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang lebih terkontrol.
Dengan pengembangan teknologi , kombinasi sistem hidroponik dengan membran
mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien (
minimalys sistem ) dibandingkan dengan kultur tanah , terutama untuk tanaman
berumur pendek. Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak
memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan
satuan produktivitas yang sama. (Lonardy dalam Mas’ud, 2009 :131)
Sistem hidroponik banyak digunakan
untuk menanam tumbuhan holtikultura seperti tomat, paprika dan melon. Pada
awalnya, sistem hidroponik identik dengan penanaman tanpa media tanah, akan
tetapi sesuai dengan perkembangan teknologi, hidroponik digunakan untuk
penumbuhan tanaman dengan mengontrol nutrisi tanaman sesuai dengan
kebutuhannya, salah satu metode yang mulai banyak digunakan adalah nutrient
film technique yang merupakan sistem hidroponik tertutup , yang mana nutrisi
akan mengalir secara terus menerus atau dalam jangka waktu tertentu secara
teratur. (Suprijadi, 2009:31)
Salah satu media yang dapat
digunakan untuk sistem hidroponik adalah gel. Pengaturan ukuran gel dalam media
tanam sangat diperlukan, karena dapat mempercepat proses penyerapan air dan
penyimpanan air oleh media. Selain itu ukuran gel juga mempengaruhi penyediaan
ruang untuk pengakaran tanaman. Keuntungan lain penggunaan gel dapat menghindarkan
adanya hewan tanah, dapat diberi pewarna sehingga dapat mempercantik untuk
tanaman hias. (Hakim,2006)Selain gel masih ada media tanam lain yang dapat
dimanfaatkan untuk hidroponik.
Misalnya arang sekam, Arang sekam
merupakan hasil dari pembakaran kulit gabah. Menurut Murniati (dalam Sari,2009)
bahwa arang sekam memiliki sifat kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, ringan
dengan berat jenis sekitar 0,2 gr/cm3 , kapasitas menahan air tinggi
dan dapat menghilangkan pengaruh penyakit karena telah melalui tahap
sterilisasi, sehingga relatif bersih dari hama , bakteri dan gulma.
Menurut Pramono ( dalam
Rahmawaty,2009: ) menyatakan bahwa media dalam hidroponik berfungsi sebagai
penopang tanaman dan memiliki syarat seperti struktur yang stabil selama
pertumbuhan tanaman , bebas dari zat berbahaya bagi tanaman, bersifat inert,
memiliki daya pegang air yang baik, drainase dan aerase yang baik.
Prinsip dasar dari hidroponik adalah
memberikan atau menyediakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk
larutan. Pemberiannya dilakukan dengan penyiramannya atau meneteskannya pada
tanaman. (Tim Penulis PS,2006:44)
Hal
ini dapat dibuktikan bahwa, budidaya secara hidroponik dapat berhasil apabila
kebutuhan air, sirkulasi udara dan hara tanaman tercukupi. (Susanto, 2010:1)Apabila
kekurangan unsur tersebut maka akan ada kemungkinan tanaman tersebut akan mati
ataupun layu .Perlu adanya perawatan yang intensif agar tidak terjadi hal-hal
tersebut.
Untuk
memenuhi kebutuhan air, dapat digunakan irigasi untuk suatu tanaman. Teknik
yang dapat digunakan adalah irigasi tetes Ro Drip.Teknologi irigasi tetes Ro
Drip sangat efisien dalam penggunaan air sehingga sangat cocok untuk digunakan
pada budidaya tanaman sayuran di dataran rendah yang memiliki keterbatasan
sumber air. (Kasiran,2009:29) Karena ini membantu untuk ketersediaan air bagi
suatu tanaman.
III. BAHAN DAN METODE
3.1
Tempat dan Waktu
Hari Kamis
pukul 09.30 WIB sampai selesai, tanggal 14 Maret 2013 di
Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Jember dengan acara
aplikasi media hidroponik uji kualitatif pertumbuhan tanaman.
3.2 Bahan dan
Alat
3.2.1 Alat
1.
Larutan A,B Mix
2.
Pupuk gandasil B
3.
Pupuk NPK, Urea, KCl dan SP-36
4.
Fungisida dan insektisida
5.
Ajir atau penyangga tanaman
3.2.2
Bahan
1.
Pot plastik
2.
Pipa paralon
3.
Gelas ukur
4.
Cetok/alat pengaduk
5.
Sprayer
3.3
Cara Kerja
1.
Menanam bibit tomat kedalam media
padat/subtrat dan bibit tanaman kangkung pada media NFT yang telah tersedia
dengan terlebih dahulu melepaskan / membuang polibag bibit
2.
Memadatkan media disekitar pangkal bibit
dan untuk media NFT berikan penyangga spon pada pangkal bibit
3.
Menyiram media dengan air bersih
4.
Melakukan penyiaraman nutrisi A, B Mix
5.
Melakukan pemupukan dengan NPK , Urea,
KCl dan SP-36
6.
Melakukan perawatan yaitu : membuang
tunas-tunas air, melakukan pengikatan batang pada ajir, mengendalikan OPT.
7.
Melakukan parameter pengamatan setiap
minggu terhadap tinggi tanaman, jumlah ruas, jumlah daun, jumlah buah per
tanaman , berat buah pertanaman
BAB 4. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
4.1.1 Hasil
Pengamatan Media Tanam Hidroponik Substrat (Tomat)
KELOMPOK
|
Komposisi Media
|
M0
|
M1
|
M2
|
M3
|
M4
|
|||||||
Pasir
|
SG
|
Kompos
|
T
|
D
|
T
|
D
|
T
|
D
|
T
|
D
|
T
|
D
|
|
1
|
1
|
1
|
1
|
30
|
4
|
40
|
5
|
53
|
97
|
71
|
162
|
85
|
243
|
2
|
2
|
0
|
1
|
22
|
38
|
29
|
57
|
51
|
99
|
76
|
172
|
226
|
88
|
3
|
0
|
1
|
2
|
27,3
|
28
|
32
|
32
|
42,3
|
53
|
56
|
68
|
56
|
106
|
4
|
1
|
2
|
0
|
28,6
|
21
|
40,6
|
32
|
55,6
|
49
|
71,0
|
82
|
107,3
|
158
|
5
|
0
|
0
|
3
|
26
|
44
|
39
|
58
|
56
|
68
|
80
|
110
|
97
|
121
|
6
|
0
|
2
|
1
|
26
|
34
|
36
|
47
|
54
|
68
|
75
|
96
|
147
|
70
|
4.1.2 Hasil
Pengamatan Media Tanam Hidroponik NFT (Sawi)
Kelompok
|
Dosis
|
M0
|
M1
|
M2
|
|||
T
|
D
|
T
|
D
|
T
|
D
|
||
1 & 4
|
1 gr/l
|
5,2
|
5
|
6,2
|
5
|
6,2
|
4
|
2 & 5
|
1,5 gr/l
|
8,05
|
5
|
7,5
|
3
|
7,5
|
3
|
3&6
|
2 gr/l
|
5,8
|
5
|
5,6
|
5
|
5,6
|
3
|
4.2 Pembahasan
Pada hasil pengamatan tersebut dapat diketahui
bahwa pada media tanam hidroponik substrat tanaman tomat dengan komposisi
pasir, serbuk gergaji dan kompos pertumbuhannya berbeda-beda pada tiap minggunya untuk masing-masing perbandingan
komposisi media. Pada perbandingan komposisi 1:1:1 baik tinggi tanaman maupun
jumlah daun tiap minggunya bertambah. Kenaikan jumlah daun yang tertinggi ada
pada minggu ke 3 menuju minggu ke 4, sedangkan tinggi tanaman kenaikan
tertinggi ada pada minggu ke 2 menuju ke minggu ke 3. Pada perbandingan 2:0:1 seperti
pada perbandingan yang pertama tinggi tanaman bertambah tiap minggunya, tetapi
terjadi penurunan jumlah daun dari minggu ke 3 menuju ke minggu ke 4. Pada
perbandingan 0:1:2 juga terjadi peningkatan tinggi tanaman dan jumlah daun pada
tiap minggunya. Begitu pula pada perbandingan 0:0:3 , tetapi pada perbandingan
yang terakir 0:2:1 terjadi penurunan jumlah daun juga pada minggu ke 3 ke
minggu ke 4.
Pada
perlakuan komposisi media masing-masing dapat diketahui bahwa pada media tanam
hidroponik substrat tanaman tomat yang terbaik ada pada komposisi media pasir
dan serbuk gergaji dengan perbandngan 1:2. Hal ini dapat diketahui dari pertambahan
pertambahan jumlah daun dan tinggi tanaman yang meningkat tiap minggu dan pertumbuhan
keduanya seimbang. Selain itu, pada komposisi media ini mempunyai kemampuan
menyerap air dan menjerap hara yang tinggi dan dapat memperbaiki drainase media
karena mempunyai ruang pori yang besar.Sehingga, memberikan tunjangan bagi
pertumbuhan tanaman. Salah satu indikator bagi pertumbuhan tanaman yang baik
adalah perkembangan daun tanaman yang baik pula(Fatimah dkk,2008).
Sedangkan,
pada media tanam hidroponik NFT pada tanaman sawi. Pada perlakuan dengan dosis
yang berbeda pertumbuhan tanamannya pun berbeda. Pada dosis 1 gr/l tinggi
tanaman ke minggu pertama meningkat dari awalnya 5,2cm dengan jumlah daun 5
menjadi 8cm dan jumlah daun tetap, tetapi pada minggu ke-2 tinggi tanaman
menjadi menurun,begitupula dengan jumlah daun. Hal yang serupa terjadi pada
dosis 2 gr/l. Sedangkan pada dosis 1,5gr/l tinggi tanaman dan jumlah daun
menurun pada minggu 1 dari 8,05cm dan 5 menjadi 7,2 cm dan 3 buah daun, tetapi
pada minggu ke-2 tinggi tanaman naik kembali menjadi 7,5 cm dengan jumlah daun
yang tetap 3buah. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan sawi
mengalami penurunan baik dari sisi tinggi tanaman maupun jumlah daun, hal ini
dikarenakan tanamann semakin layu dan daun rontok hingga akhirnya tanaman mati.
Penyebab kegagalan ini dapat dikarenakan komoposisi nutrisi yang terlalu
berlebihan bagi tanaman, sehingga tanaman menyerap nutrisi yang berlebihan dan
mengalami overdosis nutrisi. Selain itu, pada media NFT ini penyakit mudah
menyebar,sehingga apabila ada satu tanaman yang terkena penyakit, tanaman yang
lain akan mudah tertular. Menurut Purnomo (2006) pada sistem NFT, diperlukan lapisan yang dangkal
berdasar datar bak dan pompa perendaman yang akan menyimpan air yang mengalir
pada akar tanaman. Tanaman harus diletakkan secara berdekatan dengan media agar
memungkinkan nutrisi untuk lebih mudah menempel pada akar. Pompa perendaman
akan terus-menerus mensirkulasi air untuk kembali ke dalam sistem dan karena
air secara terus-menerus bersirkulasi, maka kita perlu melakukan pengawasan tingkat
gizi yang terkandung di dalam air.Teknik NFT juga memiliki beberapa potensi
kelemahan yang perlu segera ditangani, sebagai contoh nutrisi yang diperlukan
bagi tanaman dapat menyebabkan kerusakan pada pompa perendaman. Jika pompa
perendaman gagal, tanaman tidak akan mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan
untuk bertahan hidup dan gangguan yang relatif pendek di pompa dapat
mengakibatkan kegagalan total pada tanaman. Selain itu, pada NFT berlaku
semakin curam talang NFT memungkinkan semakin tinggi produksi tanaman. Hal
tersebut dikarenakan DO pada larutan nutrisi semakin banyak. Tentu saja hal ini
diimbangi dengan kecepatan aliran nutrisi yang memadai. Jika, nutrisi tidak
sesuai maka tanaman pun akan mengalami kegagalan atau mati.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam NFT adalah, kemiringan talang yang digunakan (1-5%)
untuk mengalirkan nutrisi, kecepatan aliran air yang masuk tidak boleh terlalu
cepat hal ini dapat diatur pada pembuatan kran, lebar talang yang memadai agar
menghindari terbendungnya larutan nutrisi, peletakkan tanaman dengan mengatur
jarak antar tanaman. Kemiringan talang dilakukan dialirkan agar tiap tanaman
pada saat air mengalir memperoleh nutrisi yang cukup, karena apabila lurus maka
akar tidak dapat menjangkau air yang bernutrisi sehingga tanaman tidak
memperoleh nutrisi. Air dialirkan tidak boleh terlalu cepat supaya nutrisi pada
air tidak mudah hilang. Peletakkan tanaman diatur sesuai dengan jarak tanam
agar antara tanaman tidak lembab yang akan menyebabkan tanaman mati jika terlalu
lembab karena membusuk. Maka dari itu, dalam budidaya dengan sistem ini perlu
adanya perihal yang harus diperhatikan seperti diatas.
Jika dibandingkan antara media tanam
hidroponik substrat dan media tanam hidroponik NFT masing-masing mempunyai kekurangan
dan kelebihan yang berbeda-beda. Beberapa kelebihan pemakaian NFT antara lain :
dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat
terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi
larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan
jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang
pendek, sangat baik untuk pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variabel
yang dapat terkontrol dan memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman
dengan high planting density. Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti
investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi
listrik dan penyakit yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke
tanaman lain. Sedangkan pada media tanam hidroponik substrat Sistem hidroponik
substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada
media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan
tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup, dapat menyerap dan
menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, tidak mudah
lapuk. Selain itu, media ini juga mempunyai kekurangan yaitu perlu adanya
keseimbangan komposisi media tanam dan perawatan yang teratur baik pengairan
pemupukan dan lain sebagainya. Maka dari itu, dilihat dari kefektifannya, media
tanam hidroponik substrat lebih efektif jika dilihat dari hasil pertumbuhan
tanaman tomat yang masih bertambah, baik jumlah daun maupun tinggi tanamannya
sampai minggu ke empat. Selain itu, lebih mudah perawatan dan hemat biaya yang
dikeluarkan. Sedangkan dilihat dari kkefisienannya lebih efisien yang media
tanam hidroponik NFT karena, lebih efisien baik tempat maupun tenaga. Selain itu,
kebutuhan akan air dan unsur hara terpenuhi.
Desain NFT yang ideal untuk media
tanam hidroponik menurut saya adalah seperti gambar berikut:
Dilihat
dari gambar tersebut, maka desain NFT yang ideal itu adalah kemiringan talang
NFT disemua lajur tanam harus seragam (sumber acuan : 1-50),
kecepatan aliran air dan nutrisi yang masuk tidak boleh terlalu cepat karena
harus disesuaikan dengan kemiringan talang, perlunya timer untuk mengatur cepat
lambat aliran. Selain itu, sebaiknya tempat tanaman tersebut menggunakan
styrofoam yang cukup tebal dan mudah dibersihkan.
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1.
Pada
media tanam hidroponik substrat tanaman tomat dengan komposisi pasir, serbuk
gergaji dan kompos pertumbuhannya berbeda-beda
pada tiap minggunya untuk masing-masing perbandingan komposisi media.
2.
Pada praktikum tersebut didapat hasil yang terbaik
pada media tanam hidroponik substrat tomat ada pada media pasir: serbuk gergaji
dengan perbandingan 1:2.
3.
Pertumbuhan tanaman sawi pada media NFT dari minggu ke
minggu semakin menurun.
4.
Hal yang harus diperhatikan dalam sistem NFT adalah
sirkulasi udara, pengaliran air, serta jarak antar tanaman.
5.
Jika dilihat dari perbandingan media tanam hidroponik
tersebut, media tanam yang efektif ada pada media tanam hidroponik substrat
tanaman tomat. Sedangkan yang lebih efisien ada pada media tanam hidroponik
NFT.
6.
Media NFT yang dibuat harus ideal untuk jenis tanaman
yang akan ditanam.
5.2
Saran
Sebaiknya
praktikan harus lebih hati-hati dalam proses penanaman dan lebih rajin dalam
melakukan perawatan tiap hari agar didapatkan hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell,et.al. Biology.
Terjemahan oleh Wesman Manalu.2008. Jakarta: Erlangga
Fatimah,et.al. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sambiloto. Embryo,5(2): 133-148
Hakim,et.al.2006. “Kapasitas Penyerapan dan
Penyimpanan Air pada Berbagai Gel
dari Tepung Karaginan untuk Pembuatan
Media Tanam Jeloponik. Undip
Kasiran.2009. Teknologi Irigasi Tetes “ Ro Drip” Untuk
Budidaya Tanaman Sayuran di Lahan Kering Dataran Rendah. Sains dan Teknologi Indonesia,8(1):26-30
Mas’ud,Hidayati.2009. Sistem hidroponik dengan Nutrisi
dan Media Tanam Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media
Litbang Sulteng,2(1):131-136
Mikrajuddin,et.al.2007. IPA terpadu SMP dan Mts 3A. Jakarta:Esis
Purnomo, Agung. 2006. Nutrient Film Technique
(NFT)1. http://belajarhidroponik.blogspot.com/2006/10/3-nutrient-film-technique- nft-1.html. Diakses 23 April 2013
Rahmawaty,Novi.2009. “Pengaruh Varietas dan
Konsistensi Ethepan pada Pertumbuhan
dan Hasil Panen Tanaman Mentimun
Dalam Budidaya Hidroponik”.
Tidak Diterbitkan. Skripsi.Bogor:IPB
Sari, Anna Yuda Norma.2009. “Pengaruh Jumlah Buah dan
Pangkas Pucuk Terhadap Kualitas Buah pada Budidaya Melon dengan
Sistem Hidroponik”. Tidak
diterbitkan. Skripsi. Bogor:IPB
Suprijadi,et.al. 2009. Sistem Kontrol Nutrisi
Hidroponik Dengan Menggunakan
Logika Fuzzy. J.Oto.Ktrl.Inst,1(1):31-35
Susanto,et.al.2010. Produksi dan Kualitas Buah
Stroberi pada Beberapa Sistem Irigasi.
Holtikultura Indonesia,1(1):1-9
Tim Penulis PS. 2006. Budidaya Tomat Secara Komersial. Bogor: Penebar Swadaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar