Minggu, 07 Juli 2013

TEHNIK ASEPTIK DAN PEMBUATAN MEDIA DALAM PEMBIAKAN KULTUR JARINGAN

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH TUMBUHAN DASAR
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA                                      : DEVY CRISTIANA
NIM                                           : 121510501020
GOL/KELOMPOK                 : KAMIS/III
ANGGOTA                              : 1. WAHYU MAULANA          (121510501017)
                                                     2. DYAH AYU                           (121510501007)
                                                     3. WAHYU PUSPASARI         (121510501006)
                                                     4. M. ZHAKARIA                    (121510501026) 
                                                     5. GERSON ERELAK             (121510501132)           
                                                     6. DESY ULTA Y                     (121510501032)
                                                     7. NUR ZULAIHA                    (121510501033)
JUDUL ACARA                     : TEHNIK ASEPTIK DAN PEMBUATAN  MEDIA DALAM PEMBIAKAN KULTUR JARINGAN
TANGGAL PRAKTIKUM   : 28 MARET 2013
TANGGAL PENYERAHAN         : 11 APRIL 2013
ASISTEN                                  : 1. AKHMAD TAUFIQUL HAFIZH
                                                     2. LARAS SEKAR ARUM
                                                     3. MANUEL EDISON ANO
                                                     4. RAAF  LUQMAN  SYAH
                                                     5. DIYAH AYU SETYORINI
                                                     6. NOVITA FRIDA SAFATA
                                                     7. OKTAVIA RIZKI SETIYA R
                                                     8. MOCH. GUFRON ARIF R
                                                     9. ALMANSYAH NUR SINATRYA

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Budidaya tanaman di Indonesia saat ini memang sangat sulit. Baik itu tanaman pangan, tanman obat-obatan maupun yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah lahan yang semakin tahun berkurang. Sehingga para pemroduksi semakin bingung untuk mendapatkan penghasilannya sebagai kebutuhan hidup. Oleh   karena itu, perlu adanya inovasi baru untuk pengembang biakan tanaman.
            Pengembang biakan secara umum dapat digolongkan menjadi dua yaitu pengembangbiakan vegetatif dan generatif. Pengembangan vegetatif yaitu dengan menggunakan rgan dari suatu tanaman. Sedangkan generatif yaitu dengan menggunakan biji. Dengan semakin sulitnya dalam mencari bibit yang unggul dengan dua cara tersebut karena minimnya lahan. Oleh karena itu, dikembangbiakan dengan vegetatif metode kultur jaringan dalam pembibitannya.
            Kultur dapat didefinisikan sebagai teknik membudidayakan jaringan agar menjadi organisme yang utuh dan mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
            Selain itu, kultur jaringan didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi in vitro (didalam gelas). Dasar teknik kultur jaringan adalah bahwa sel tanaman mempunyai sifat totipotensi sel  yaitu kemampuan sel untuk tumbuh dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam medium aseptik yangmengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh yang sesuai. 
            Metode kultur jaringan merupakan metode yang dapat menjadi alternatif dalan produksi bibit bagi pertanian karena bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga  tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Tetapi sebelum melakukan metode ini perlu adanya suatu sterilisasi untuk semua alat, bahan maupun praktikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum mengenai hal tersebut.
           
1.2  Tujuan
1.      Mengenal kondisi steril pada semua komponen pekerjaan kultur jaringan
2.      Mengetahui sterilisasi alat, media, bahan tanam dan lingkungan yang steril atau aseptik.
3.      Mempelajari cara pembuatan media dengan baik dan benar
4.      Mengenal perbedaan bermacam-macam media kultur jaringan
5.      Mengetahui salah satu organ tanaman mampu bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
6.      Mengenal berbagai macam organ tanaman dalam berdeferensiasi dan menghasilkan kalus.










BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
            Kultur jaringan adalah suatu teknik untuk mengisolasi bagian suatu tanaman , kemudian menumbuhkannya pada media dalam kondisi aseptik di laboratorium sehingga bagian tanaman tersebut memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Teknik ini juga dikeal sebagai perbanyakan invitro karena bagian tanaman ditumbuhkan dalam tabung gelas atau plastik transparan. Dan juga dikenal sebagai mikro prpagasi karena tanaman yang dihasilkan berupa tanaman mini (Pitojo,2004).
            Menurut Arisworo dkk (2006) bahwa mwlalui teknik ini, suatu potongan tanman atau jaringan tertentu ditumbuhkan dalam media khusus yang mengandung nutrisi lengkap dan hormon bagi jaringan untuk tumbuh menjadi tanman utuh. Teknik ini disebut juga kultur in vitro, karena dilakukan di laboratorium. Satu syarat penting dalam perbanyakan melalui teknik ini adalah pengerjaannya harus dilakukan bebas hama (aseptik) untuk mencegah kontaminasi oleh bakteri atau jamur yang dapat mematikan kultur.
            Selain itu, dalam proses pembuatannya kultur sel ini selalu menghadapi resiko kegaga;an. Kegagalan tersebut biasanya berkaitan dengan tehnik pemisahan jaringan menjadi sel-sel tunggal, penggunaan teknik aseptikdan sterilisasi. Serta ketersediaan buffer yang dapat memelihara kestabilan pH (S,Nuryati, 2009)
            Umumnya, kuktur jaringan dimulai dengan menyucihamakanjaringan atau eksplan yang akan ditanam dalam medium. Begitupula dengan medium yang bernutrisi yang akan digunakan. Hal-hal ini biasa disebut dengan sterilisasi. Menurut Abdurrahman (2012) bahwa sterilisasi yang digunakan dalam perkecambahan embrio itu ada 3, yaitu :sterilisasi alat, sterilisasi media dan sterilisasi endosperm  atau embrio.
            Selain itu, sesuai dengan pendapat Rumondor dkk (2013) yang menyatakan bahwa metode kultur jaringan juga merupakan  suatu upaya mengoptimalkan lingkungan tumbuh tanaman. Maka dari itu , perlu adanya sterilisasi lingkungan kultur. Jadi, pada kultur jaringan sterilisasi sangat diperlukan sesuai dengan alat, bahan, media, lingkungan  serta hal yang berhubungan dengan kultur jaringan.
            Walaupun prosedur sterilisasi sudah lama dikembangkan di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI. Namun presentase eksplan bersih bervariasi bergantung pada jenis aupun genotipe tanaman. Hasil pengamatan laju kontaminasi menunjukkan bahwa kontaminasi bakteri maupun jamur muncul pada kultur Iding dan Gebang. Namun secara umum kultur Iding (30-70%)lebih banyak yang terkontaminasi daripada Gebang (20-60%). Hal ini membuktikan bahwa prosedur sterilisasi dan jenis sterilan yang digunakan pada penelitian ini tidak cukup kuat untuk mematikan bakteri dan jamur karena sumber kontaminan yang kemungkinan ada didalam epidermis bahkan di ruang intraseluler tidak terkena oleh perlakuan sterilisasi permukaan (Pence dan Sandoval dalam Priadi dkk, 2008). Oleh karena itu, tidak hanya sterilisasi yang diperlukan. Tetapi perlu juga dilakukan teknik hibridasi bagi eksplan.
            Setelah dilakukannya sterilisasi maka dilakukan pembuatan media kultur. Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Media kultur jaringan tanaman dapat berbentuk cair atau padat. Media berebentuk padat menggunakan media padat media seperti agar-agar (Setiowati dan Furqonita, 2007)
            Keuntungan menggunakan bahan pemadat standart (agar)pada kultur jaringan tanaman adalah karena mempunyai warna yang lebih terang daripada bahan pemadat alternatif. Namun penggunaan agar standar pada perbanyakan secara masal akan meningkatkan biaya produksi secara signifikan (Priadi,2008). Biaya produksi ini meningkat karena bahan pemadat tersebut harganya mahal dibandingkan media yang lain.
            Selain itu, ada juga media kultur yang lain seperti air garam-garam mineral dan lain-lain. Adanya variasi media untuk tanaman menimbulkan beberapa macam media yang digunakan untuk kultur yaitu Murashige dan skoog, Gambong (B5), Linsmaier, Nitsch dan Nitsch, Woody Plant Medium (WPM), MS dan lain-lain. Media MS paling banyak digunakan terutama untuk tanaman holtikultura (Prihadini dkk dalam Elimasni dkk, 2006). Hal tersebut terbukti dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Mariska dkk (dalam Kristian, 2009) yang telah menguji tiga media dasar yang dikombinasikan dengan BAP. Media yang diuji tersebut adalah MS DKW dan Fossard. Dari hasil penyajian tersebut dinyatakan bahwa penggunaan media MS yang ditambahkan BAP (1 s/d 5 mg/l) adalah media terbaik untuk meningkatkanpembentukan tunas ganda purwocwng.
            Oleh karena itu, perlu adanya ketelitian dalam menggunakan atau memilih media yang akan digunakan untuk kultur jaringan. Hal ini karena media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Menurut Hendaryono dan Wijayani (1994) bahwa komposisi yang harus ada pada media kultur jaringan adalah berbagai macam unsur makro, mikro, karbohidrat (gula), vitamin, asam amino, zat pengatur tumbuh seperti (auksin dan sitokinin) dan arang aktif serta bahan organik kompleks.  







BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Hari Kamis pukul 14.00 WIB sampai selesai, tanggal  07 Maret 2013 di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Jember dengan acara teknik aseptik dan pembuatan media dalam pembiakan kultur jaringan .

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.             Pinset
2.             Gunting
3.             Scalpel
4.             Jarum ose
5.             Petridish
6.             Botol kultur dan gelas
7.             Autoklaf
8.             Shaker/alat penggojok
9.             Oven
10.         Laminer air flow
11.         Kotak entkas
12.         Timbangan analitis
13.         Alat pengukur pH
14.         Erlenmeyer
15.         Gelas ukur
16.         Beaker glass
17.         Tabung reaksi
18.         Thermometer

3.2.2 Bahan
1. Bahan media
2. Biji jagung dan lain-lain
3. Bahan media kultur
4. Daun kakao dan zygot jagung
5. Bahan kultur organ tanaman

3.3 Cara Kerja
3.3.1 Teknik Aseptik dalam Pembiakan Kultur Jaringan
A.           Sterilisasi Peralatan
1.             Mencuci semua peralatan tanam yang digunakan dalam kultur in vitro dengan detergen
2.             Membilasnya sampai bersih, pembilasan terakhir dengan menggunakan aquades
3.             Meniriskan/mengering anginkan untuk selanjutnya mengoven selama 4 jam dengan temperatur 1600C
4.             Peralatan pinset, gunting, scalpel, jarum ose, petridish, dan lain-lain. Sebelum mengoven, terlebih dahulu membungkusnya dengan kertas coklat/koran
5.             Mengoven peralatan botol kultur dan gelas
6.             Setelah selesai sterilisasi, semua peralatan bisa digunakan dengan harapan menekan kontaminasin.

B.            Sterlilisasi Media
1.             Pada kultur in vitro, media tanam yang dipergunakan adalah media steril. Sterilisasi media sangat diperlukan sebagai upaya menghindari kontaminasi selama kultur
2.             Teknik sterilisasi yang digunakan berupa sterilisasi basah dengan autoclave
3.             Memasukkan media yang telah terbuat ke dalam botol kultur
4.             Metutup dengan kertas aluminium foil
5.             Melakukan sterilisasi selama 20-30 menit pada temperatur 1210C dengan tekanan 17,5 psi.

C.            Sterilisasi Bahan Tanam
Bahan tanam dapat berasal dari lapang, rumak kaca dan dari kultur yang sudah steril. Eksplan dari lapang mempunyai tingkat kontaminasi lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari rumah kaca. Eksplan tersebut berupa potongan tunas muda, batang, daun, akar, umbi, rimpang, dan lain-lain. Cara sterilisasi eksplan yang akan ditanam berbeda-beda tergantung dari jenis tanaman, bagian tanaman yang digunakan.
Teknik sterilisasi dapat dilakukan sebagai berikut :
1.    Mencuci bersih dengan air mengalir
2.    Menggojog dengan pestisida/fungisida
3.    Merendam dengan bahan kimia tertentu/antiseptik di laminar air flow
4.    Membilas dengan air steril, kemudian menanamnya
Contoh sterilisasi embrio jagung :
1.        Menyiapkan biji jagung muda
2.        Menggojog biji jagung dalam larutan Dithane 45 2g/l selama 30 menit kemudian membilasnya dengan air steril di dalam laminar
3.        Menggojog biji jagung (dengan tangan) dalam larutan clorox 20% dan menambahkan 5 tetes Tween selama 3 menit kemudian membilas dengan air steril 3 kali, mengulangi lagi tanpa menggunakan Tween sampai busanya tidak muncul
4.        Mengambil embrio jagung dari dalam bijinya, dan memasukkan dalam air steril
5.        Meniriskan embrio jagung di atas tissue steril
6.        Menanam embrio di media yang sudah disiapkan

3.3.2 Pembuatan Media dalam Pembiakan Kultur Jaringan
A.           Cara membuat stok larutan dengan volume 1 liter, contoh :
1.             Membuat stok KNO3 525 mg/lt sebanyak 1 lt dengan pegambilan 20 ml
Berapa KNO3 yang ditimbang?
Jawabannya :
N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 20 = 525 . 1000
N1    = 26250 mg
            KNO3  yang tertimbang sejumlah 26250 mg (26,25 g).
2.             Melarutkan kedalam 1000 ml aquades.
3.             Menyimpan kedalam suhu dingin.

B.            Cara pembuatan media padat Vacin & Went (VW) kultur jaringan sebanyak 1 liter
1.             Menyiapkan semua larutan baku VW
2.             Mengambil larutan baku sesuai ketentuan dan menuang kedalam beaker glass 1 liter yang sudah terisi aquades 300 ml
3.             Menimbang gula 20 g, 8 g bahan pemadat (agar) dan arang aktif 1 g memasukkan dalam beaker glass. Mengaduk campuran di atas stirer dan mengukur derajat keasaman dengan pH meter (5,8), menggunakan NaOH 1N atau HCL 1N untuk mengaturnya
4.             Menambahkan aquades hingga mencapai 1000 ml
5.             Mendidihkan di atas api sampai agar melarut
6.             Menuangkan media selagi cair ke dalam botol-botol dengan ukuran ketebalan 1 cm
7.             Menutup semua botol dengan alumunium foil, dan memberi tanda menurut jenis medianya
8.             Mensterilkan botol-botol berisi media di dalam autoclave selama 30 menit temperatur 1210C tekanan 17,5 psi

3.3.3 Kultur Organ dalam Pembiakan Kultur Jaringan
Melakukan penanaman dengan berbagai macam bahan/organ tanam yang berbeda, antara lain : anggrek, embrio jagung, umbi bawang merah.
A.           Organ Tanaman Embrio Jagung
1.             Menyiapkan biji jagung muda.
2.              Menggojog biji jagung dalam larutan Dithane 45 2 g/l selama 30 menit kemudian membilasnya dengan air steril di dalam laminar.
3.             Menggojog biji jagung (dengan tangan) dalam larutan clorox 20 %.
4.             Menambahkan 5 tetes Tween selama 3 menit.
5.             Membilas dengan air steril 3 kali, mengulangi lagi tanpa menggunakan Tween sampai busanya tidak muncul.
6.             Mengambil embrio jagung dari dalam bijinya, dan memasukkan dalam air steril.
7.             Meniriskan embrio jagung di atas tissue steril.
8.             Menanam embrio pada media yang sudah di siapkan.
B.            Organ Tanaman Umbi Bawang Merah
1.             Menyiapkan umbi bawang merah.
2.             Mengupas kulit luarnya.
3.             Menggojog dengan larutan clorox 20 % dan menambahkan 5 tetes Tween selama 3 menit.
4.             Membilas dengan air steril 3 kali, mengulangi lagi tanpa menggunakan Tween sampai busanya tidak muncul.
5.             Memperkecil ukuran umbi bawang merah dengan membuang seludang kulit luarnya.
6.             Memotong umbi bawang merah secara transfersal.
7.             Menanam pada media yang sudah disediakan.
C.            Organ Tanaman Anggrek
1.             Menyiapkan media VW kosong dan kultur anggrek dalam laminar
2.             Memindah tanaman anggrek yang sudah berjejal ke media baru (sub kultur)
3.             Menyimpan kembali ke rak inkubasi





BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
NO
NAMA MEDIA
Komposisis ZPT
Hari Ke-
Jenis Kontaminasi
UL 1
UL 2
UL 3
UL 4
UL 5
UL 6
UL 7
UL 8
UL 9
UL 10
1
MS
BAP (2,5 ppm) + IAA(0,5 ppm)
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
MS
BAP (2,5 ppm) + 2,4 D (o,5 ppm)
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
VW
BAP (1 ppm)
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
MS
BAP (1 ppm) + IBA (0,5 ppm)
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
MS
BAP (1 ppm) + 2,4 D (1 ppm)
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
MS
Tanpa Hormon (MS0)
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
           
4.2 Pembahasan
            Sterilisasi adalah segala proses dimana suatu objek, material atau lingkungan dijadikan steril. Steril merupakan kondisi benda atau objek yang bebas dari segala jenis sel hidup, spora dan virus. Sterilisasi ini dilakukan sebelum melakukan kegiatan kultur jaringan sebagai pencegah kontaminan. Sterilisasi ini dimulai dari awal hingga akhir untuk mencegah kontaminasi. Sterilisasi sebelum penanaman antara lain yaitu :
a.         Sterilisasi alat dan media
·         Dicuci bersih alat – alat yang akan disterilkan.
·         Dicuci autoklaf setelah itu ditambahkan air ke dalam autokla ( aquadest ).
·         Dimasukkan botol kultur ke dalam autoklaf.
·         Dimasukkan lagi alat alat yang lain seperti erlmeyer, gelas ukur, gelas piala, petridish, pipet pengaduk, pinset dan scapel.
·         Ditutup autoklaf lalu direbus selama 1 jam dengan tekanan 17,5 psi tetapi sebelum itu ditunggu autoklaf hingga panas.
·         Setelah 1 jam autoklafnya otomatis mati tetapi jangan langsung dibuka ditunggu dulu sampai tekanan turun hingga 1
·         Lalu autoklafnya dimasukkan kedalam ruangan.
·         Lalu dikeluarkan satu persatu kedalam keranjang dan sterilisasi 
b.        Sterilisasi media tanam
Bahan tanam yang ada dilapangan banyak mengandung debu, kotoran-kotoran dan berbagai kontaminan hidup pada permukaan. Apabila kontaminan ini tidak dihilangkan maka media yang mengandung gula, vitamin, dan mineral merupakan sumber energi bagi kontaminan yang ada.Prinsip sterilasasi eksplan adalah dapat mematikan kontaminan tanpa membunuh eksplan, karena baik kontaminan maupun eksplan merupakan benda hidup. Berhasilnya teknik sterilsasi merupakan langkah awal keberhasilan dalam kerja kultur in vitro.
            Pada tahap sterilisasi bahan tanam ini menggunnakan khlorox dan tween. Khlorox digunakan untuk menghilangkan debu, cendawan dan kontaminan yang lain. Sedangkan tween digunakan sebagai pembasah. Untuk mekanisme pembersihan eksplan  yang standar,  yang harus diperhatikan terpenting adalah bahwa kontaminan harus dihilangkan tanpa mematikan sel tanaman. Dalam memilih bahan sterilisasi untuk bahan tanam perlu diketahui apakah kontaminan berupa kontaminan eksternal atau kontaminan internal. Pada bahan tanam yang mengandung kontaminan eksternal dapat dipilih bahan sterilisasi yang dapat membersihkan permukaan luar bahan tanam, sedangkan pada bahan tanam dengan kontaminan internal yaitu kontaminan yang berasal dari jaringan tanaman itu sendiri, maka perlu diberi perlakuan antibiotik atau fungisida sistemik.
            Dari hasil praktikum tersebut mendapatkan hasil bahwa tidak terjadi kontaminasi pada media kultur. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam hal ini adalah,
a. Kondisi lingkungan kerja, meliputi sterilisali bahan dan alat
b.Media, berkaitan dengan ketersediaan nutrisi, sterilitas media
c.Teknik perbanyakan, misal teknik yang digunakan dalam pembiakan
d. Kondisi bahan tanam yang digunakan , jenis dan fisiologi eksplan
            Media kultur jaringan dibedakan menjadi media dasar basal/basic medium dan media perlakuan. Komposisi media dasar mengandung hara essensial baik makro maupun mikro, sumber energi dan vitamin yang jumlah dan macamnya tergantung dari penemunya. Komposisi media perlakuan merupakan komposisi media tambahan yang dapat berupa vitamin, senyawa organik komplek atau zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh khususnya auksin dan sitokinin adalah suatu zat organik utama yang mengendalikan proses morfogenesis didalam teknik kultur jaringan. Kepekaan jaringan terhadap zat yang ditambahkan pada media perlakuan khususnya zat pengatur tumbuh ditentukan oleh konsentrasi zat pengatur tumbuh yang sudah ada didalam jaringan tersebut. Media MS sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro, vitamin untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan media MS sangat baik karena di dalam media MS banyak mengandung unsur hara makro, mikro dan vitamin yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan eksplan. Stok media dalam MS harus ada karena untuk menumbuhkan dengan baik terhadap eksplan tersebut dan keberhasilan dalam penanaman melalui media kultur jaringan. Jenis tanaman yang cocok biasanya adalah anggrek dan lainnya.









BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.        Sterilisasi alat, bahan dan media tanam yaitu sesuai dengan tekniknya masing-masing untuk menghilangkan kontaminan.
2.        Khlorox sebagai desinfektan dan tween sebagai pembasah.
3.        Tidak terjadi kontaminan karena pada tahap sterilisasinya dilakukan dengan benar.
4.        Media  kultur ada yang dasar dan media perlakuan . yang terbaik adalah media MS.
5.2 Saran
            Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam sterilisasi dengan tetap menjaga kesterilan baik dalam alat, media bahan maupun praktikannya sendiri agar tidak terjadi kontaminan.



           








DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,et.al. 2012. Pengaruh Giberelic Acid terhadap Perkecambahan          Embrio Kelapa Genjah Salak. JATT, 1(2): 74-80

Arisworo,Djoko dan Yusa. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam IX. Jakarta: Grafindo

Elimasni,et.al. 2006. Inisiasi In Vitro Biji Muda Terong Belanda Berastagi                 
            Sumatera Utara pada Komposisi Media dan Zat Tumbuh yang Berbeda.                  Biologi Sumatera,1(1): 15-19

Hendaryono dan Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius

Kristina, Natalini Nova. 2009. Induksi Tunas Tabat Barito Secara In Vitro                                       Menggunakan Benzil Adenin (BA) dan Napthalene Acetic Acid (NAA).    Littri, 15(1):33-39

Pitojo,Setijo. 2004. Benih Kentang. Yogyakarta: Kanisius

Priadi,et.al. 2008. Pertumbuhan In Vitro Tunas Ubi Kayu pada Berbagai Bahan     Pemadat Alternatif Pengganti Agar. Biodiversitas,9(1): 9-12

Rumondor, et.al. 2013. Peningkatan Sulforafar Brokoli dengan Modifikasi Media              pada Kultur Jaringan. MIPA Unsrat Online, 2(1): 60-65

S, Nuryati,et.al. 2009. Penyediaan Biakan Sel Organ Limfoid Udang Windu          Peraeus monodon secara In Vitro sebagai Media Tumbuh bagi Virus.       Akuakutur Indonesia, 3(2): 43-46.

Setiowati,Tetty dan Furqonita,Deswaty. 2007.Biologi Interakif XI. Jakarta:Azka     Press





Tidak ada komentar:

Posting Komentar