UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM
TEKNOLOGI BENIH TUMBUHAN DASAR
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : DEVY
CRISTIANA
NIM : 121510501020
GOL/KELOMPOK : KAMIS/III
ANGGOTA : 1. WAHYU
MAULANA (121510501017)
2. DYAH AYU (121510501007)
3. WAHYU PUSPASARI (121510501006)
4. M. ZHAKARIA (121510501026)
5. GERSON ERELAK (121510501132)
6. DESY ULTA Y (121510501032)
7. NUR ZULAIHA (121510501033)
JUDUL ACARA : TEHNIK ASEPTIK DAN
PEMBUATAN MEDIA DALAM PEMBIAKAN KULTUR
JARINGAN
TANGGAL
PRAKTIKUM : 28 MARET 2013
TANGGAL
PENYERAHAN : 11 APRIL 2013
ASISTEN : 1. AKHMAD TAUFIQUL HAFIZH
2. LARAS SEKAR ARUM
3. MANUEL EDISON
ANO
4. RAAF LUQMAN
SYAH
5. DIYAH AYU
SETYORINI
6. NOVITA FRIDA
SAFATA
7. OKTAVIA RIZKI SETIYA R
8. MOCH. GUFRON ARIF R
9. ALMANSYAH NUR SINATRYA
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya
tanaman di Indonesia saat ini memang sangat sulit. Baik itu tanaman pangan,
tanman obat-obatan maupun yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah lahan
yang semakin tahun berkurang. Sehingga para pemroduksi semakin bingung untuk
mendapatkan penghasilannya sebagai kebutuhan hidup. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi baru untuk
pengembang biakan tanaman.
Pengembang biakan secara umum dapat
digolongkan menjadi dua yaitu pengembangbiakan vegetatif dan generatif.
Pengembangan vegetatif yaitu dengan menggunakan rgan dari suatu tanaman.
Sedangkan generatif yaitu dengan menggunakan biji. Dengan semakin sulitnya
dalam mencari bibit yang unggul dengan dua cara tersebut karena minimnya lahan.
Oleh karena itu, dikembangbiakan dengan vegetatif metode kultur jaringan dalam
pembibitannya.
Kultur dapat didefinisikan sebagai
teknik membudidayakan jaringan agar menjadi organisme yang utuh dan mempunyai
sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan merupakan salah satu cara
perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik
perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata
tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara
aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi
menjadi tanaman lengkap.
Selain itu, kultur jaringan
didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian
tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh
(sempurna) dikondisi in vitro (didalam gelas). Dasar teknik kultur
jaringan adalah bahwa sel tanaman mempunyai sifat totipotensi sel yaitu kemampuan sel untuk tumbuh dan
berkembang membentuk tanaman lengkap dalam medium aseptik yangmengandung unsur hara
dan zat pengatur tumbuh yang sesuai.
Metode kultur
jaringan merupakan metode yang dapat menjadi alternatif dalan produksi bibit
bagi pertanian karena bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai
beberapa keunggulan, mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat
diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan
tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang
singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih
cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional dan memiliki prospek yang
baik untuk dikembangkan. Tetapi sebelum melakukan metode ini perlu adanya suatu
sterilisasi untuk semua alat, bahan maupun praktikan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan praktikum mengenai hal tersebut.
1.2 Tujuan
1.
Mengenal kondisi steril pada semua komponen pekerjaan
kultur jaringan
2.
Mengetahui sterilisasi alat, media, bahan tanam dan
lingkungan yang steril atau aseptik.
3.
Mempelajari cara pembuatan media dengan baik dan benar
4.
Mengenal perbedaan bermacam-macam media kultur
jaringan
5.
Mengetahui salah satu organ tanaman mampu bergenerasi
menjadi tanaman lengkap.
6.
Mengenal berbagai macam organ tanaman dalam
berdeferensiasi dan menghasilkan kalus.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan
adalah suatu teknik untuk mengisolasi bagian suatu tanaman , kemudian
menumbuhkannya pada media dalam kondisi aseptik di laboratorium sehingga bagian
tanaman tersebut memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang
lengkap. Teknik ini juga dikeal sebagai perbanyakan invitro karena bagian
tanaman ditumbuhkan dalam tabung gelas atau plastik transparan. Dan juga
dikenal sebagai mikro prpagasi karena tanaman yang dihasilkan berupa tanaman
mini (Pitojo,2004).
Menurut Arisworo dkk (2006) bahwa
mwlalui teknik ini, suatu potongan tanman atau jaringan tertentu ditumbuhkan
dalam media khusus yang mengandung nutrisi lengkap dan hormon bagi jaringan
untuk tumbuh menjadi tanman utuh. Teknik ini disebut juga kultur in vitro,
karena dilakukan di laboratorium. Satu syarat penting dalam perbanyakan melalui
teknik ini adalah pengerjaannya harus dilakukan bebas hama (aseptik) untuk
mencegah kontaminasi oleh bakteri atau jamur yang dapat mematikan kultur.
Selain itu, dalam proses
pembuatannya kultur sel ini selalu menghadapi resiko kegaga;an. Kegagalan
tersebut biasanya berkaitan dengan tehnik pemisahan jaringan menjadi sel-sel
tunggal, penggunaan teknik aseptikdan sterilisasi. Serta ketersediaan buffer
yang dapat memelihara kestabilan pH (S,Nuryati, 2009)
Umumnya, kuktur jaringan dimulai
dengan menyucihamakanjaringan atau eksplan yang akan ditanam dalam medium.
Begitupula dengan medium yang bernutrisi yang akan digunakan. Hal-hal ini biasa
disebut dengan sterilisasi. Menurut Abdurrahman (2012) bahwa sterilisasi yang
digunakan dalam perkecambahan embrio itu ada 3, yaitu :sterilisasi alat,
sterilisasi media dan sterilisasi endosperm
atau embrio.
Selain itu, sesuai dengan pendapat
Rumondor dkk (2013) yang menyatakan bahwa metode kultur jaringan juga merupakan
suatu upaya mengoptimalkan lingkungan
tumbuh tanaman. Maka dari itu , perlu adanya sterilisasi lingkungan kultur.
Jadi, pada kultur jaringan sterilisasi sangat diperlukan sesuai dengan alat,
bahan, media, lingkungan serta hal yang
berhubungan dengan kultur jaringan.
Walaupun prosedur sterilisasi sudah
lama dikembangkan di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI. Namun presentase
eksplan bersih bervariasi bergantung pada jenis aupun genotipe tanaman. Hasil
pengamatan laju kontaminasi menunjukkan bahwa kontaminasi bakteri maupun jamur
muncul pada kultur Iding dan Gebang. Namun secara umum kultur Iding
(30-70%)lebih banyak yang terkontaminasi daripada Gebang (20-60%). Hal ini
membuktikan bahwa prosedur sterilisasi dan jenis sterilan yang digunakan pada
penelitian ini tidak cukup kuat untuk mematikan bakteri dan jamur karena sumber
kontaminan yang kemungkinan ada didalam epidermis bahkan di ruang intraseluler
tidak terkena oleh perlakuan sterilisasi permukaan (Pence dan Sandoval dalam
Priadi dkk, 2008). Oleh karena itu, tidak hanya sterilisasi yang diperlukan.
Tetapi perlu juga dilakukan teknik hibridasi bagi eksplan.
Setelah dilakukannya sterilisasi
maka dilakukan pembuatan media kultur. Media kultur merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai
komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Media kultur jaringan tanaman dapat berbentuk
cair atau padat. Media berebentuk padat menggunakan media padat media seperti
agar-agar (Setiowati dan Furqonita, 2007)
Keuntungan menggunakan bahan pemadat
standart (agar)pada kultur jaringan tanaman adalah karena mempunyai warna yang
lebih terang daripada bahan pemadat alternatif. Namun penggunaan agar standar
pada perbanyakan secara masal akan meningkatkan biaya produksi secara
signifikan (Priadi,2008). Biaya produksi ini meningkat karena bahan pemadat
tersebut harganya mahal dibandingkan media yang lain.
Selain itu, ada juga media kultur
yang lain seperti air garam-garam mineral dan lain-lain. Adanya variasi media
untuk tanaman menimbulkan beberapa macam media yang digunakan untuk kultur
yaitu Murashige dan skoog, Gambong (B5), Linsmaier, Nitsch dan Nitsch, Woody
Plant Medium (WPM), MS dan lain-lain. Media MS paling banyak digunakan terutama
untuk tanaman holtikultura (Prihadini dkk dalam Elimasni dkk, 2006). Hal
tersebut terbukti dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Mariska
dkk (dalam Kristian, 2009) yang telah menguji tiga media dasar yang
dikombinasikan dengan BAP. Media yang diuji tersebut adalah MS DKW dan Fossard.
Dari hasil penyajian tersebut dinyatakan bahwa penggunaan media MS yang
ditambahkan BAP (1 s/d 5 mg/l) adalah media terbaik untuk
meningkatkanpembentukan tunas ganda purwocwng.
Oleh karena itu, perlu adanya
ketelitian dalam menggunakan atau memilih media yang akan digunakan untuk
kultur jaringan. Hal ini karena media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang
dihasilkannya. Menurut Hendaryono dan Wijayani (1994) bahwa komposisi yang
harus ada pada media kultur jaringan adalah berbagai macam unsur makro, mikro,
karbohidrat (gula), vitamin, asam amino, zat pengatur tumbuh seperti (auksin
dan sitokinin) dan arang aktif serta bahan organik kompleks.
BAB 3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Hari Kamis pukul 14.00 WIB sampai
selesai, tanggal 07 Maret 2013 di
Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Jember dengan
acara teknik aseptik dan pembuatan media dalam pembiakan kultur jaringan .
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1.
Pinset
2.
Gunting
3.
Scalpel
4.
Jarum ose
5.
Petridish
6.
Botol kultur dan gelas
7.
Autoklaf
8.
Shaker/alat penggojok
9.
Oven
10.
Laminer air flow
11.
Kotak entkas
12.
Timbangan analitis
13.
Alat pengukur pH
14.
Erlenmeyer
15.
Gelas ukur
16.
Beaker glass
17.
Tabung reaksi
18.
Thermometer
3.2.2
Bahan
1. Bahan media
2. Biji jagung
dan lain-lain
3. Bahan media
kultur
4. Daun kakao
dan zygot jagung
5. Bahan kultur
organ tanaman
3.3
Cara Kerja
3.3.1
Teknik Aseptik dalam Pembiakan Kultur Jaringan
A.
Sterilisasi Peralatan
1.
Mencuci semua peralatan tanam yang
digunakan dalam kultur in vitro dengan detergen
2.
Membilasnya sampai bersih, pembilasan
terakhir dengan menggunakan aquades
3.
Meniriskan/mengering anginkan untuk
selanjutnya mengoven selama 4 jam dengan temperatur 1600C
4.
Peralatan pinset, gunting, scalpel,
jarum ose, petridish, dan lain-lain. Sebelum mengoven, terlebih dahulu
membungkusnya dengan kertas coklat/koran
5.
Mengoven peralatan botol kultur dan
gelas
6.
Setelah selesai sterilisasi, semua
peralatan bisa digunakan dengan harapan menekan kontaminasin.
B.
Sterlilisasi Media
1.
Pada kultur in vitro, media tanam yang
dipergunakan adalah media steril. Sterilisasi media sangat diperlukan sebagai
upaya menghindari kontaminasi selama kultur
2.
Teknik sterilisasi yang digunakan berupa
sterilisasi basah dengan autoclave
3.
Memasukkan media yang telah terbuat ke
dalam botol kultur
4.
Metutup dengan kertas aluminium foil
5.
Melakukan sterilisasi selama 20-30 menit
pada temperatur 1210C dengan tekanan 17,5 psi.
C.
Sterilisasi Bahan Tanam
Bahan
tanam dapat berasal dari lapang, rumak kaca dan dari kultur yang sudah steril.
Eksplan dari lapang mempunyai tingkat kontaminasi lebih tinggi dibandingkan
yang berasal dari rumah kaca. Eksplan tersebut berupa potongan tunas muda,
batang, daun, akar, umbi, rimpang, dan lain-lain. Cara sterilisasi eksplan yang
akan ditanam berbeda-beda tergantung dari jenis tanaman, bagian tanaman yang
digunakan.
Teknik
sterilisasi dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Mencuci
bersih dengan air mengalir
2. Menggojog
dengan pestisida/fungisida
3. Merendam
dengan bahan kimia tertentu/antiseptik di laminar air flow
4. Membilas
dengan air steril, kemudian menanamnya
Contoh sterilisasi
embrio jagung :
1.
Menyiapkan biji jagung muda
2.
Menggojog biji jagung dalam larutan
Dithane 45 2g/l selama 30 menit kemudian membilasnya dengan air steril di dalam
laminar
3.
Menggojog biji jagung (dengan tangan)
dalam larutan clorox 20% dan menambahkan 5 tetes Tween selama 3 menit kemudian
membilas dengan air steril 3 kali, mengulangi lagi tanpa menggunakan Tween
sampai busanya tidak muncul
4.
Mengambil embrio jagung dari dalam bijinya,
dan memasukkan dalam air steril
5.
Meniriskan embrio jagung di atas tissue
steril
6.
Menanam embrio di media yang sudah
disiapkan
3.3.2
Pembuatan Media dalam Pembiakan Kultur Jaringan
A.
Cara membuat stok larutan dengan volume
1 liter, contoh :
1.
Membuat stok KNO3 525 mg/lt
sebanyak 1 lt dengan pegambilan 20 ml
Berapa
KNO3 yang ditimbang?
Jawabannya
:
N1
. V1 = N2 . V2
N1
. 20 = 525 . 1000
N1 = 26250
mg
KNO3 yang tertimbang sejumlah
26250 mg (26,25 g).
2.
Melarutkan kedalam 1000 ml aquades.
3.
Menyimpan kedalam suhu dingin.
B.
Cara pembuatan media padat Vacin &
Went (VW) kultur jaringan sebanyak 1 liter
1.
Menyiapkan semua larutan baku VW
2.
Mengambil larutan baku sesuai ketentuan
dan menuang kedalam beaker glass 1 liter yang sudah terisi aquades 300 ml
3.
Menimbang gula 20 g, 8 g bahan pemadat
(agar) dan arang aktif 1 g memasukkan dalam beaker glass. Mengaduk campuran di
atas stirer dan mengukur derajat keasaman dengan pH meter (5,8), menggunakan
NaOH 1N atau HCL 1N untuk mengaturnya
4.
Menambahkan aquades hingga mencapai 1000
ml
5.
Mendidihkan di atas api sampai agar
melarut
6.
Menuangkan media selagi cair ke dalam
botol-botol dengan ukuran ketebalan 1 cm
7.
Menutup semua botol dengan alumunium
foil, dan memberi tanda menurut jenis medianya
8.
Mensterilkan botol-botol berisi media di
dalam autoclave selama 30 menit temperatur 1210C tekanan 17,5 psi
3.3.3
Kultur Organ dalam Pembiakan Kultur Jaringan
Melakukan
penanaman dengan berbagai macam bahan/organ tanam yang berbeda, antara lain :
anggrek, embrio jagung, umbi bawang merah.
A.
Organ Tanaman Embrio Jagung
1.
Menyiapkan biji jagung muda.
2.
Menggojog biji jagung dalam larutan Dithane 45
2 g/l selama 30 menit kemudian membilasnya dengan air steril di dalam laminar.
3.
Menggojog biji jagung (dengan tangan) dalam
larutan clorox 20 %.
4.
Menambahkan 5 tetes Tween selama 3
menit.
5.
Membilas dengan air steril 3 kali,
mengulangi lagi tanpa menggunakan Tween sampai busanya tidak muncul.
6.
Mengambil embrio jagung dari dalam
bijinya, dan memasukkan dalam air steril.
7.
Meniriskan embrio jagung di atas tissue
steril.
8.
Menanam embrio pada media yang sudah di
siapkan.
B.
Organ Tanaman Umbi Bawang Merah
1.
Menyiapkan umbi bawang merah.
2.
Mengupas kulit luarnya.
3.
Menggojog dengan larutan clorox 20 % dan
menambahkan 5 tetes Tween selama 3 menit.
4.
Membilas dengan air steril 3 kali,
mengulangi lagi tanpa menggunakan Tween sampai busanya tidak muncul.
5.
Memperkecil ukuran umbi bawang merah
dengan membuang seludang kulit luarnya.
6.
Memotong umbi bawang merah secara
transfersal.
7.
Menanam pada media yang sudah
disediakan.
C.
Organ Tanaman Anggrek
1.
Menyiapkan media VW kosong dan kultur
anggrek dalam laminar
2.
Memindah tanaman anggrek yang sudah
berjejal ke media baru (sub kultur)
3.
Menyimpan kembali ke rak inkubasi
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
NO
|
NAMA MEDIA
|
Komposisis
ZPT
|
Hari Ke-
|
Jenis
Kontaminasi
|
|||||||||
UL 1
|
UL 2
|
UL 3
|
UL 4
|
UL 5
|
UL 6
|
UL 7
|
UL 8
|
UL 9
|
UL 10
|
||||
1
|
MS
|
BAP (2,5
ppm) + IAA(0,5 ppm)
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||
2
|
MS
|
BAP (2,5
ppm) + 2,4 D (o,5 ppm)
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||
3
|
VW
|
BAP (1
ppm)
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||
4
|
MS
|
BAP (1
ppm) + IBA (0,5 ppm)
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||
5
|
MS
|
BAP (1
ppm) + 2,4 D (1 ppm)
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||
6
|
MS
|
Tanpa
Hormon (MS0)
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4.2
Pembahasan
Sterilisasi adalah segala proses
dimana suatu objek, material atau lingkungan dijadikan steril.
Steril merupakan kondisi benda atau objek yang bebas dari segala
jenis sel hidup, spora dan virus. Sterilisasi ini dilakukan sebelum
melakukan kegiatan kultur jaringan sebagai pencegah kontaminan. Sterilisasi ini
dimulai dari awal hingga akhir untuk mencegah kontaminasi. Sterilisasi sebelum
penanaman antara lain yaitu :
a.
Sterilisasi alat dan media
·
Dicuci bersih alat – alat yang akan
disterilkan.
·
Dicuci autoklaf setelah itu ditambahkan
air ke dalam autokla ( aquadest ).
·
Dimasukkan botol kultur ke dalam
autoklaf.
·
Dimasukkan lagi alat alat yang lain
seperti erlmeyer, gelas ukur, gelas piala, petridish, pipet pengaduk, pinset
dan scapel.
·
Ditutup autoklaf lalu direbus selama 1
jam dengan tekanan 17,5 psi tetapi sebelum itu ditunggu autoklaf hingga panas.
·
Setelah 1 jam autoklafnya otomatis mati
tetapi jangan langsung dibuka ditunggu dulu sampai tekanan turun hingga 1
·
Lalu autoklafnya dimasukkan kedalam
ruangan.
·
Lalu dikeluarkan satu persatu kedalam
keranjang dan sterilisasi
b.
Sterilisasi media tanam
Bahan tanam yang
ada dilapangan banyak mengandung debu, kotoran-kotoran dan berbagai kontaminan
hidup pada permukaan. Apabila kontaminan ini tidak dihilangkan maka media yang
mengandung gula, vitamin, dan mineral merupakan sumber energi bagi kontaminan
yang ada.Prinsip sterilasasi eksplan adalah dapat mematikan kontaminan tanpa membunuh
eksplan, karena baik kontaminan maupun eksplan merupakan benda hidup.
Berhasilnya teknik sterilsasi merupakan langkah awal keberhasilan dalam kerja
kultur in vitro.
Pada tahap sterilisasi bahan tanam
ini menggunnakan khlorox dan tween. Khlorox digunakan untuk menghilangkan debu,
cendawan dan kontaminan yang lain. Sedangkan tween digunakan sebagai pembasah.
Untuk mekanisme pembersihan eksplan yang
standar, yang harus diperhatikan
terpenting adalah bahwa kontaminan harus dihilangkan tanpa mematikan sel
tanaman. Dalam memilih bahan sterilisasi untuk bahan tanam perlu diketahui
apakah kontaminan berupa kontaminan eksternal atau kontaminan internal. Pada
bahan tanam yang mengandung kontaminan eksternal dapat dipilih bahan
sterilisasi yang dapat membersihkan permukaan luar bahan tanam, sedangkan pada
bahan tanam dengan kontaminan internal yaitu kontaminan yang berasal dari
jaringan tanaman itu sendiri, maka perlu diberi perlakuan antibiotik atau
fungisida sistemik.
Dari hasil praktikum tersebut
mendapatkan hasil bahwa tidak terjadi kontaminasi pada media kultur. Faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dalam hal ini adalah,
a. Kondisi
lingkungan kerja, meliputi sterilisali bahan dan alat
b.Media,
berkaitan dengan ketersediaan nutrisi, sterilitas media
c.Teknik
perbanyakan, misal teknik yang digunakan dalam pembiakan
d. Kondisi bahan
tanam yang digunakan , jenis dan fisiologi eksplan
Media kultur jaringan dibedakan
menjadi media dasar basal/basic medium dan media perlakuan. Komposisi media
dasar mengandung hara essensial baik makro maupun mikro, sumber energi dan
vitamin yang jumlah dan macamnya tergantung dari penemunya. Komposisi media
perlakuan merupakan komposisi media tambahan yang dapat berupa vitamin, senyawa
organik komplek atau zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh khususnya auksin
dan sitokinin adalah suatu zat organik utama yang mengendalikan proses
morfogenesis didalam teknik kultur jaringan. Kepekaan jaringan terhadap zat
yang ditambahkan pada media perlakuan khususnya zat pengatur tumbuh ditentukan
oleh konsentrasi zat pengatur tumbuh yang sudah ada didalam jaringan tersebut. Media
MS sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro, vitamin
untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan media MS sangat baik karena di dalam media
MS banyak mengandung unsur hara makro, mikro dan vitamin yang sangat diperlukan
dalam pertumbuhan eksplan. Stok media dalam MS harus ada karena untuk
menumbuhkan dengan baik terhadap eksplan tersebut dan keberhasilan dalam
penanaman melalui media kultur jaringan. Jenis tanaman yang cocok biasanya
adalah anggrek dan lainnya.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
Sterilisasi alat, bahan dan media tanam
yaitu sesuai dengan tekniknya masing-masing untuk menghilangkan kontaminan.
2.
Khlorox sebagai desinfektan dan tween
sebagai pembasah.
3.
Tidak terjadi kontaminan karena pada
tahap sterilisasinya dilakukan dengan benar.
4.
Media
kultur ada yang dasar dan media perlakuan . yang terbaik adalah media
MS.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati
dalam sterilisasi dengan tetap menjaga kesterilan baik dalam alat, media bahan
maupun praktikannya sendiri agar tidak terjadi kontaminan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,et.al.
2012. Pengaruh Giberelic Acid terhadap Perkecambahan Embrio
Kelapa Genjah Salak. JATT, 1(2):
74-80
Arisworo,Djoko
dan Yusa. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam IX.
Jakarta: Grafindo
Elimasni,et.al.
2006. Inisiasi In Vitro Biji Muda Terong Belanda Berastagi
Sumatera
Utara pada Komposisi Media dan Zat Tumbuh yang Berbeda. Biologi
Sumatera,1(1): 15-19
Hendaryono dan
Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan.
Yogyakarta: Kanisius
Kristina,
Natalini Nova. 2009. Induksi Tunas Tabat Barito Secara In Vitro Menggunakan Benzil Adenin (BA) dan Napthalene
Acetic Acid (NAA). Littri,
15(1):33-39
Pitojo,Setijo.
2004. Benih Kentang. Yogyakarta:
Kanisius
Priadi,et.al.
2008. Pertumbuhan In Vitro Tunas Ubi Kayu pada Berbagai Bahan Pemadat
Alternatif Pengganti Agar. Biodiversitas,9(1):
9-12
Rumondor, et.al.
2013. Peningkatan Sulforafar Brokoli dengan Modifikasi Media pada
Kultur Jaringan. MIPA Unsrat Online, 2(1):
60-65
S,
Nuryati,et.al. 2009. Penyediaan Biakan Sel Organ Limfoid Udang Windu Peraeus
monodon secara In Vitro sebagai Media Tumbuh bagi Virus. Akuakutur Indonesia, 3(2): 43-46.
Setiowati,Tetty
dan Furqonita,Deswaty. 2007.Biologi
Interakif XI. Jakarta:Azka Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar