UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM
TEKNOLOGI BENIH TUMBUHAN DASAR
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : DEVY
CRISTIANA
NIM : 121510501020
GOL/KELOMPOK : KAMIS/III
ANGGOTA : 1. WAHYU
MAULANA (121510501017)
2. DYAH AYU (121510501007)
3. WAHYU PUSPASARI (121510501006)
4. M. ZHAKARIA (121510501026)
5. GERSON ERELAK (121510501132)
6. DESY ULTA Y (121510501032)
7. NUR ZULAIHA (121510501033)
JUDUL ACARA : PEMBIAKAN VEGETATIF
DENGAN CARA PENYAMBUNGAN
( GRAFTING )
TANGGAL
PRAKTIKUM : 07 MARET 2013
TANGGAL
PENYERAHAN : 11 APRIL 2013
ASISTEN : 1. AKHMAD TAUFIQUL HAFIZH
2. LARAS SEKAR ARUM
3. MANUEL EDISON
ANO
4. RAAF LUQMAN
SYAH
5. DIYAH AYU
SETYORINI
6. NOVITA FRIDA
SAFATA
7. OKTAVIA RIZKI SETIYA R
8. MOCH. GUFRON ARIF R
9. ALMANSYAH NUR SINATRYA
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya sangat membutuhkan adanya suatu tanaman. Tanaman
merupakan sumber terbesar baik secara langsung maupun tidak langsung, semisal sebagai tanaman pangan, tanaman hias,
maupun sebagai tanaman produksi dan lain sebagainya. Dengan pentingnya tanaman
bagi kehidupan, maka manusia membuat inovasi baru untuk mengembangkan tanaman
secara singkat dengan hasil yang optimum.
Pengembangan tanaman dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan
produktivitas hasil pertanian. Pengembangan
tersebut dapat dilakukan dengan pembiakan tanaman. Pembiakan tanaman
tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Secara
generatif/reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang
memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman. Pembiakan generative yaitu
pembentukan biji melalui proses penyerbukan (jatuhnya tepung sari pada kepala
putik) kemudian dilanjutkan dengan pembuahan (peleburan antara gamet jantan
dari tepung sari dan gamet betina dari putik).
2. Secara
vegetatif (secara tak kawin) dengan menggunakan organ vegetatif.
Pembiakan vegetatif yaitu menggunakan
organ vegetatif: Secara alami dengan penggunaan biji apomiktik (terbentuk tanpa
pembuahan dan merupakan bentuk vegetatif) dan penggunaan organ-organ khusus
tanaman (hasil modifikasi batang atau akar, misalnya: bulb, tuber, rhizome,
dll)
Dari
perkembangbiakan tersebut, yang efisien untuk digunakan adalah perkembang
biakan vegetatif. Hal ini karena perkembangbiakan vegetatif lebih mudah , hanya
berasal dari organ tanaman yang dijadikan sebagai induknya. Selain itu,
perkembangbiakan ini lebih cepat berproduksi, dan hasil produksinya sama dengan
induk yang dibiakkan. Berbeda dengan generatif yang menggunakan biji, perlu
waktu yang lama untuk berproduksi.
Pada
dasarnya, hasil yang diperoleh sebenarnya lebih baik generatif daripada
vegetatif. Tetapi jika dilihat dari keefisienannya, perkembangbiakan vegetatif
lebih baik dibandingkan generatif. Misalnya saja, dalam produksi suatu tanaman
sayur atau buah, pada saat penanaman pada waktu yang sama , tetapi hasil yang
lebih cepat ada pada perkembangbiakan vegetatif.
Perkembangbiakan
vegetatif dapat dilakukan tidak hanya dengan cangkok atau stek. Tetapi juga dengan
cara penyambungan.Teknik penyambungan
ini dilakukan dengan menyambungkan dua bagian tanaman yang berbeda untuk
menghasilkan suatu tanaman yang baru dengan regenerasinya tanaman yang
dismbungkan tersebut. Untuk mengetahui tentang teknik penyambungan tanaman,maka
dilakukan praktikum perkembangbiakan dengan cara penyambungan (grafting) ini.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui
dan mempelajari cara-cara penyambungan.
2. Untuk mengetahui
pengaruh perlakuan pengurangan daun terhadap keberhasilan
penyambungan tanaman.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menyambung merupakan usaha perbanyakan
tanaman dengan cara menyambung batang bagian atas dengan batang bagian bawah
(Furqonita,2007). Bagian batang atas dan batang bawah ini digunakan untuk
menyatukan dua sifat yang berbeda menjadi satu. Menurut Holbrook dkk (dalam
Mathius dkk, 2006) menyatakan bahwa hubungan antara batang bawah dan batang
atas mempengaruhi keragaman dalam pola distribusi hara. Kemampuan hara untuk
bergerak melintasi bagian penyatuan sambungan, dan regulasi transport hormon.
Teknik
penyambungan batang atas dan batang bawah ini dilakukan dengan menggabungkan
batang tumbuhan yang memiliki sifat unggul dengan batang tanaman yang lain.
Batang tanaman lain disebut scion dan batang induk disebut stock. Kemudian
setelah kedua batang disatukan, harus diikat dengan tali (Abdurahman,2008).
Tetapi, tidak lupa juga untuk pemotongan tidak boleh dilakukan sembarangan
harus sesuai dengan polanya. Polanya yaitu membentuk huruf V. Agar antara batang atas dan batang bawah
saling berkaitan.
Kemungkinan
keberhasilan dalam teknik ini lumayan besar. Karena jika dilihat pada pembuakan
ini mendapatkan individu baru. Ini merupakan suatu inovasi. Karena terdapat hubungan timbal balik antara
batang bawah dengan batang atas.
Sebenarnya sebelum dilakukannya
penyambungan , sejumlah tindak budidaya seperti pemangkasan, pemupukan dan
pengendalian gulama. Hal ini dilakukan guna memberikan kondisi lingkungan yang
baik dan meningkatkan kesehatan tanaman. Kriteria keberhasilan penyambungan
adalah bila entres tetap hijau dan segar selama empat minggu setelah
penyambungan. Selain itu, umumnya telah membentuk tunas baru (Basri,2009)
Hal-hal
yang perlu diperhatikan mulai dari pemangkasan, sebaiknya daun yang ada pada
batang bawah dihilangkan semua agar tidak mengganggu pertumbuhan. Begitu pula
pada batang atas sebaiknya dihilangkan.
Sedangkan untuk pemupukan, sebaiknya perlu keteraturan agar tanaman
tersebut dapat tumbuh dengan baik. Hal yang ke tiga yaitu pengendalian gulma,
maka seharusnya tiap ada tanda-tanda akan muncul bibit gulma sebaiknya dicabuti
agar tidak ada persaingan dengan tanman yang baru.
Selain
hal tersebut, perlu juga diperhatikan penempatan setelah ditanam. Menurut
Pranowo dan Saefudin (dalam Saefudin,2009) bahwa bibit hasil penyambungan harus
ditempatkan dibawah saung paranet atau rumah kaca. Hal ini memberikan
presentase keberhasilan paling tinggi, masing-masing 78% dan 81% dibandingkan
pada tempat terbuka yang hanya 52%. Oleh karena
itu, pada perkembangbiakan vegetatif sambung ini perlu diperhatikan
hal-hal tersebut. Agar dicapai hasil produksi yang optimum.
BAB 3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Hari Kamis pukul 14.00 WIB sampai
selesai,
tanggal 07 Maret 2013 di Laboratorium
Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Jember dengan acara pembiakan
vegetatif dengan cara penyambungan (grafting).
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1.
Plastik pengikat
2.
Pisau tajam
3.
Timba
3.2.2
Bahan
1.
Kamboja Jepang (Adenium)
3.3
Cara
Kerja
1.
Menyiapkan bahan tanam sebagai
batang bawah dan batang atas serta alat yang perlu.
2.
Memilih batang atas sebesar batang
bawah dan membuat perlakuan sebagai berikut:
a. Batang
atas daunnya.dibuang
b. Tidak
membuang batang atas daunnya, dengan menyisakan 2 daun lebih.
3.
Mipotong Batang bawah 3-5 cm atas leher
bonggol, kemudian membuat sayatan celah berbentuk huruf V ke arah bawah
sepanjang 1-1,5 cm.
4.
Memotong dan membuat sayatan batang atas
bebertuk baji (lancip) sepanjang 1-1,5 cm .
5.
Menyisipkan batang atas (entres) ke
dalam celah batang bawah.
2.
Membalut sambungan dengan tali rafia
atau plastik mulai dari bawah ke atas.
3.
Mengerudungi bidang sambungan dengan
kantong plastik transparan, dan letakkan di tempat teduh sekitar 3 minggu.
4.
Sambungan yang tumbuh akan muncul daun
atau tunas baru
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan
|
Ulangan
|
Keberhasilan
|
Perubahan
|
|
Batang Bawah
|
Batang Atas
|
|||
Tanpa Daun
|
1 (1)
|
ü
|
Normal
|
Normal
|
2 (1)
|
-
|
Normal
|
Kering
|
|
3 (2)
|
-
|
Kering
|
Kering
|
|
4 (2)
|
-
|
Kering
|
Kering
|
|
Daun Dikupir
|
1 (3)
|
-
|
Normal
|
Kering
|
2 (3)
|
-
|
Normal
|
Kering
|
|
3 (4)
|
-
|
Normal
|
Kering
|
|
4 (4)
|
-
|
Normal
|
Kering
|
|
Daun Sisa 2
|
1 (5)
|
-
|
Normal
|
Kering
|
2 (5)
|
-
|
Normal
|
Kering
|
|
3 (6)
|
-
|
Normal
|
Kering
|
|
4 (6)
|
-
|
Normal
|
Kering
|
4.2 Pembahasan
Grafting atau
menyambung adalah proses pembentukan individu baru dengan menyambung bagian
atas dan bagian bawah suatu tanaman. Pada proses penyambungan tersebut ada
hal-hal yang mempengaruhi dalam ketidakberhasilan penyambungan, antara lain :
1. Terlalu
lama proses penyambungan, sehingga kambium telah mengering.
2. Kelembapan
yang berlebihan atau terkena air langsung saat proses penyambungan.
3. Alat
pemotong atau pisau cater tidak bersih (steril) atau alat pemotong atau pisau
cater tumpul (tidak tajam) sehingga menyebabkan guratan serabut yang menyebabkan
kambium sulit bersatu (menempel)
4. Pengikatan
sambungan terlalu kencang, sehingga menyebabkan metabolisme tanaman tercekik.
5. Sambungan
terkena guncangan, patah ; sehingga menyebabkan perekatan kambium terputus.
6. Faktor
alam, dan lain sebagainya.
Pada pengamatan tersebut dilakukan
tiga perlakuan yang berbeda. Pada perlakuan pertama yaitu tanpa daun
mendapatkan hasil batang atas dan batang bawah normal,sehingga ini dinamakan
keberhasilan dalam sambung. Sedangkan pada perlakun yang kedua yaitu daun
dikupir tidak ada yang berhasil satupun. Hal ini terjadi pula pada perlakuan
yang daunnya disisakan 2. Hal ini ditandai dengan keringnya salah satu batang
baik atas maupun batang bawah. Selain itu, terjadi kering pada kedua-duanya
sehingga tidak berhasil
Pada perlakuan tersebut
dilakukan perlakuan pengurangan daun. Tanaman yang di buang daunya tumbuh daun
baru lebih baik dan subur hal ini di sebabkan oleh hematnya dalam pemanfaatan
energi karena energi yang didapat langsung digunakan untuk pertumbuhan dan proses
penyambungan dengan secara kimiawi dan biologis yaitu pembentukan protein dan
karbohidrat untuk menutup luka yang ada di antara sambungan bawah dan atas,
sementara tanaman yang ada daunnya tumbuh sedikit tidak sehat atau tidak kuat
karena terjadi pemborosan energi yang didapat dan terjadi penguapan karena ada
daun, sehingga hal ini menyebabkan tanaman tumbuh lambat atau masih tidak
sehat.
Dari
hasil praktikum tersebut dapat diketahui bahwa perlakuan yang terbaik adalah
dari teknik penyambungan yang tanpa daun sama sekali hal ini karena pada
perlakuan tersebut terjadi keberhasilan penyambungan. Yang mana perubahan
antara batang bawah dan batang atas normal. Hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Warni (2010) bahwa satu hal penting yang perlu diperhatikan
dalam penyambungan adalah bagian daun tanaman, karena pada daun tanaman terjadi
banyak proses penguapan akibat cahaya matahari dan akibat proses fotosintesis,
oleh karena itu untuk mencegah terjadinya pemborosan energi dan air maka daun
tanaman atas perlu dipangkas dan menyisahkan sedikit saja, jadi tujuan dari
pemangkasan daun ini adalah untuk menghemat energi dan air pada tanaman hasil penyambungan.
BAB
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1.
Hal-hal yang mempengaruhi kegagalan
dalam menyambung adalah terletak pada waktu, kelembaban, sterilisasi alat yang
digunakan dan lain sebagainya.
2.
Dari
hasil pengamatan tersebut didapatkan hasil bahwa penyambungan yang berhasil
terdapat pada perlakuan yang tanpa daun karena antara batabg atas dan bawah
normal semua.
3.
Perlakuan pengurangan daun berpengaruh
terhadap pertumbuhan individu baru
4.
Perlakuan yang terbaik adalah
penyambungan dengan tanpa daun karena untuk menghemat energi dan air pada
tanaman.
5.2
Saran
Sebaiknya
praktikan lebih hati-hati dalam melakukan penyambungan ini karena menggunakan
alat tajam. Selain itu, perlu adanya ketelitian dalam melakukan penyambungan
ini agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman,
Deden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian
dan Kesehatan. Bandung: Grafindo Media Pratama
Basri,
Zainuddin. 2009. Kajian Metode Perbanyakan Klonal pada Tanaman Kakao.
Media Litbang Sulteng, 2(1): 7-14
Furqonita,
Deswaty. 2007. Seri IPA Biologi VIII.
Surabaya : Yudhistira.
Mathius,et.al.
2006. Teknik Sambung In Vitro Kina Chincona Succirubira dengan C.
ledgeriana . Menara Perkebunan, 74(2):
63-75
Saefudin.
2009. Kesiapan Teknologi Sambung Pucuk dalam Penyediaan Bahan Tanman
jambu Mete. Litbang Pertanian,28(4):
149-155
Warni.
2010. Tehnik Grafting atau Sambung. http://unggulcomputindo.wordpress.com/my-adenium/tehnik-grafting- atau-sambung/. Diakses 08
April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar